Jakarta, NU.Online
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU)KH Hasyim Muzadi mengatakan, NU mencanangkan gerakan Walisongo Kedua, yang merupakan penyebaran Islam tanpa kekerasan ke seluruh dunia, dengan mengirim orang-orang NU ke berbagai negara agar menularkan paham NU supaya tidak ada lagi kekerasan di dunia ini yang mengatasnamakan agama.
"Kami mulai mengirim kader NU untuk sekolah di beberapa negara supaya mampu melakukan komunikasi yang baik, sekaligus melebarkan sayap NU ke berbagai negara," kata dia, usai memberi ’tausiah’ (pengarahan) di Mukerwil PW NU Banten, di Cilegon, (12/09/2003
<>Menurutnya, sebenarnya umat Islam bisa mengembangkan agama dengan cara-cara seperti yang dilakukan Walisongo, dengan hikmah kebijaksanaan, dengan merelevasikan hubungan agama dan negara, tidak mengkontradiksikan agama dengan berbagai macam unsur kekuatan, termasuk kekuatan negara dan semacamnya.
"Kami harus gerakkan kembali paham tersebut supaya tidak ada kekerasan atas nama agama, dan selama ini terbukti hubungan antara agama dan negara di tangan NU tetap aman," ujar dia.
Sebelumnya, pada tausiah di hadapan sekitar 500 warga Nahdiyin Banten, Hasyim mengungkapkan bahwa Jumat (12/9) sore ia akan berada di Kedubes Inggris di Jakarta untuk melepas keberangkatan 13 kader NU yang belajar di Inggris atas beasiswa Pemerintah Inggris.
"Selanjutnya akan dikirim pula 35 orang ke Australia, 30 orang ke Jerman dan 40 orang ke Amerika, untuk tujuan yang sama, namun disertai misi membawa semangat Walisongo ke berbagai negara," kata dia.
Menurut Hasyim, selama melakukan kunjungan ke beberapa negara Islam, seperti Iran, Irak, Turki dan Qatar, ia tidak menemukan organisasi Islam sejenis dan sebanding dengan NU. Sehingga, ia yakin NU bisa ’dijual’ ke berbagai negara.
Pada bagian lain, dia mengakui bahwa salah satu kelemahan NU adalah cepat bereaksi terhadap hal-hal yang menyinggung agama, tetapi lemah dalam konsep penyelesaian masalah."Kalau bereaksi cepat, tetapi kalau ditanya konsepnya, jadi bingung, sehingga perlu upaya bagaimana merubah emosional itu menjadi sebuah konseptual," katanya, di hadapan warga nahdiyin yang memenuhi Gedung Aula Pusdiklat PT Krakatau Steel, sore itu.
Karena itu, secara perlahan kader NU disekolahkan ke Negara-negara Barat untuk melatih berfikir konseptual dalam memecahkan masalah-masalah umat. "Saat ini Negara-negara Barat mulai kagum dengan NU, karena selama tiga setengah tahun meneliti para pelaku pengeboman di berbagai penjuru dunia, ternyata tak satupun orang NU terlibat. Maka, banyak yang menawarkan beasiswa kepada NU," kata dia.
Menurut Hasyim, Negara Barat masih heran mengapa dari 50 juta warga nahdiyin di Indonesia ternyata tidak tergerak melakukan kekerasan untuk mencapai kepentingan organisasinya.
Sekali lagi, ia menegaskan bahwa organisasi NU harus mampu mengerakkan ’civil society’ di masyarakat tanpa perlu melingkar-lingkar ke pemerintah, karena yang demikian itu adalah tugas parpol. ’Kami bergerak langsung ke masyarakat dan tidak perlu melingkar ke pemerintah," tandasnya.(Cih)