Jakarta, NU Online
Indeks nilai tukar petani selama Mei 2004 naik 5,81 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi 148,03 dari sebelumnya 139,91 karena dipicu kenaikan harga beberapa produksi perkebunan.
"Kenaikan nilai tukar disebabkan petani mampu menjual hasil produksinya 7,75 persen dengan harga lebih tinggi dibanding harga bulan sebelumnya," kata Kepala BPS Choiril Maksum, di Jakarta, Senin.
<>Nilai tukar petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Artinya, semakin tinggi NTP maka semakin sejahtera tingkat kehidupan petani.
Dari 21 provinsi yang diamati selama Mei 2004, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Riau 14,41 persen karena harga produsen karet naik 20,04 persen sedangkan penurunan terbesar di Sulteng 2,20 persen karena harga cengkeh ditingkat produsen turun 6,67 persen.
Mengenai harga produsen gabah pada Juli 2004, untuk kualitas gabah kering panen (GKP) turun 1,97 persen dibanding Juni 2004 namun kualitas lainnya naik seperti gabah kering giling (GKG) naik 7,10 persen, gabah kering simpan (GKS) naik 3,81 persen dan gabah kualitas rendah naik 3,57 persen.
Persentase transaksi harga gabah ditingkat penggilingan yang dibawah harga pembelian pemerintah (HPP) naik dari 26,40 persen (Juni 2004) jadi 37,59 persen (Juli 2004). "Pesrentase gabah petani yang berkualitas rendah turun dari 17,97 persen Juni 2004 menjadi 12,50 persen Juli 2004," katanya.
Berdasarkan 672 observasi gabah di 19 provinsi pada Juli 2004 harga gabah terendah ditingkat petani sebesar Rp900 per kg dijumpai di banten, SUlsel dan SUltra untuk kualitas GKP sedangkan harga tertinggi Rp1.841,34 per kg dijumpai di Kalsel untuk kualitas GKG.(mkf/an)