Warta

Nazaruddin Umar: Tak Ada yang Baru dalam Counter Legal Draft KHI

Jumat, 5 November 2004 | 10:20 WIB

Jakarta, NU Online
Wacana yang dikemukakan dalam counter legal draft kompilasi hukum Islam sebenarnya tidak ada yang baru dan tidak ada yang menghebohkan. Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Tafsif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Nazaruddin Umar.

“Perempuan menikah tanpa wali, kan ada juga wacananya. Semuanya lama, barunya karena dikumpul-kumpulkan dan menjadi satu kesatuan. Bagi orang yang suka membaca kontraversi masa lampau hal itu tidak ada yang baru dan toh juga tidak bisa menjadi arus utama pemikiran,” tandasnya ketika kepada NU Online seusai seminar komersialisasi Haji di Gedung PBNU kemarin.

<>

Ketua PBNU tersebut juga menilai bahwa perumusan wacana tersebut hanya merupakan inner circle dari Dr. Musdah Mulia dan tidak melibatkan kalangan lain yang tidak sefaham. Dalam hal ini seharusnya perguruan tinggi juga harus dilibatkan agar pihak-pihak yang terlibat merasa memiliki.

“Dihentikan tidak apa-apa, tetapi sudah tercatat ada wacana baru. Kalau menurut saya harus ada wacana baru setiap tahun, masalah diterima atau tidak itu urusan lain. Yang penting pertamanya menumbuhkan pemikiran baru di masyarakat sudah berhasil,” tandasnya.

Nazaruddin sebenarnya menilai ada sisi positif dari pengembangan wacana tersebut, yaitu mengajak masyarakat untuk berfikir, sebagai shock therapy dan sekaligus membuka cakrawala baru bagi masyarakat. Tapi juga harus difikirkan dampak negatifnya dari pengamanan ummat dalam arti menimbulkan kebingungan masyarakat, mengapa LSM membingungkan, dan lainnya.

Pemikiran yang bagus secara intelektual belum tentu bisa diterima masyarakat atau sebaliknya, apalagi dalam masyarakat agraris yang mengutamakan pemikiran yang konstan dan menjaga harmoni

“Apa artinya sebuah gagasan besar, jika bersfiat prematur, bahkan hanya menghebohkan masyarakat. Andainya dikemas sedemikian rupa dan mengakomodis pendapat yang lebih luas, mungkin akan lebih diterima. Konsep ini terlalu prematur dan lahir sebelum waktunya, jadi segala yang prematur kalau tidak mati ya kurang baik, tapi kalau pasca prematur, akan baik jadi kita memang perlu kesabaran,” imbuhnya.

Tokoh asal Sulsel ini juga mengingatkan agar walaupun terdapat kebebasan berpendapat, tetapi harus berhati-hati mengatasnamakan Islam.

“Mau liberal apapun juga boleh tapi jangan mudah mengatasnamakan Islam, akhirnya kan sama juga dengan kalangan tradisional, ia mengklaim dirinya islam dan menyalahkan pihak lainnya, itu kan juga sama dengan mengklaim bahwa Islamnya juga salah. Memang perlu kearifan dalam memandang sesuati, tidak cukup dengan keilmuan,” tegasnya.(mkf)

 

 


Terkait