Warta

Musyawarah Daerah Ulama Kalimantan Selatan

Selasa, 19 April 2011 | 02:57 WIB

Tabalong, NU Online
Ulama Kalimantan Selatan yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia, Senin-Selasa  (18-19/4) ini, melaksanakan Musyawarah Daerah VIII diikuti pengurus MUI Kalsel, ketua umum dan sekretaris umum MUI kabupaten/kota se-Kalsel dan perwakilan ormas Islam (NU, Muhammadiyah dan lain-lain) berjumlah 95 orang, di Pendopo Bersinar, Tanjung, Tabalong.<>

Ada banyak harapan terhadap MUI sebagai wadah berhimpunnya ulama, zuama dan cendekiawan muslim. Ketua MUI Pusat H Amidhan, mengharapkan agar pengurus MUI Kalsel periode 2011-2016 siapa pun yang terpilih  harus menjadi garda terdepan dalam rangka perbaikan akhlak bangsa dari masa ke masa.

Senada Gubernur Kalsel, H Rudy Ariffin mengajak alim ulama, zuama dan cendekiawan muslim di daerah ini agar terus melakukan perbaikan, terutama kehidupan beragama. Sebab, tidak ringan tantangan di tengah gempuran budaya dan era keterbukaan sekarang. Semua bertanggung jawab atas pembinaan tersebut, sehingga warga menjadi terayomi.

Dalam sambutan dibacakan Asisten Sekda Kalsel H Fitri Rifani, ditegaskan MUI terus diminta melakukan pembinaan dalam peran dan fungsinya sebagai pemimpin umat, sehingga mampu mengarahkan dan mengawal umat Islam dalam menanamkan akidah Islamiyah.

Sementara Ketua Umum MUI Kalsel, H Ahmad Makkie menegaskan Musda VIII 2011 mengusung tema “Meningkatkan Peran Ulama Dalam Pengamalan Ajaran Islam dan Perbaikan Akhlak Bangsa”, harus berjuang menjadikan Islam sebagai bagian integral dari kehidupan. Apalagi di tengah terpaan banyaknya godaan dan bisikan, sehingga membuat alim ulama lebih meningkatkan peran dalam pengamalan ajaran Islam.

Ini mengharuskan, MUI secara kelembagaan dapat menggerakkan dinamika ulama dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan mengembangkan akhlakul karimah menuju terwujudnya masyarakat yang berkualitas sesuai eksistensi ulama sebagai pewaris para nabi.

Beberapa isu aktual yang perlu mendapat perhatian dan pembahasan, di antaranya terjadi pendangkalan, penyimpangan dan penodaan terhadap ajaran Islam oleh Ahmadiyah yang dapat memicu pertentangan dan ketidakharmonisan dalam kehidupan masyarakat.

Yang cukup memprihatinkan, kurangnya perhatian orangtua dan masyarakat terhadap pendidikan akidah dan akhlak kepada anak dan remaja. Juga marak situs porno di internet dan siaran infotainment, seperti pergaulan bebas, mistik, tahayul, khurafat, ramal meramal, hipnotis, sulap dan adegan-adegan kekerasan lainnya.

Kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber daya alam secara berlebihan, mengakibatkan kerusakan lingkungan menjadi fokus perhatian peserta musda pula. Bahkan tidak sedikit terjadinya pernikahan di bawah tangan, kemudian menjadi kendala bagi anak (hasil pernikahan) dalam membuat akta kelahiran dan memasuki sekolah, baik taman bermain atau taman kanak-kanan (TB/TK) maupun sekolah dasar (SD).

Mengenai pendangkalan, penyimpangan dan penodaan terhadap ajaran agama tadi, MUI tetap berbuat sesuai semangat ukhuwah Islamiah. MUI Kalsel juga bersama-sama melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi umat, misalnya tentang perusak lingkungan. MUI memang harus berkata hitam atau putih, kendati banyak tantangan dan kritikan yang dihadapi, namun tetap menjaga kearifan.

Seperti peristiwa akhir-akhir ini, MUI dihadapkan pada berbagai paham dan aliran yang menyimpang dari prinsip ajaran Islam yang benar, sehingga MUI harus berkata hitam atau putih, tidak boleh abu-abu yang dapat membingungkan umat.

Selanjutnya, MUI dituntut lantang menyuarakan apa yang mau dikemukakan, terutama mengenai optimalisasi lembaga keagamaan Islam dalam membina ukhuwah Islamiah. Juga meningkatkan kerja sama dan saling pengertian dengan berbagai pihak, khususnya instansi pemerintah dalam pelaksanaan program. (hnm)


Terkait