Setelah setahun menghilang, Hassan Nasrallah, pemimpin kharismatik Lebanon Sabtu (19/1) muncul di depan publik seiring dengan perayaan festival Islam kelompok Muslim Syiah, Ashura. Pada kemunculan perdananya tersebut, dia menyampaikan serangkaian kritik terhadap Israel termasuk kecaman terhadap kunjungan Presiden AS George W. Bush ke Timur Tengah yang baru saja berakhir.
Dalam pidatonya Nasrallah mengatakan pihaknya akan selalu siaga jika suatu saat Isreal menimbulkan konflik baru dengan negara tersebut.<>
"Jika Israel melancarkan perang baru melawan Lebanon, kami berjanji bahwa perang tersebut akan mengubah seluruh wilayah, " ujarnya.
Selain Israel, pemimpin Hizbullan yang selalu bersurban hitam ini juga mengecam kunjungan Bush ke Timur Tengah. Menurutnya, kunjungan tersebut hanyalah salah satu bentuk provokasi bagi negara-negara Timur Tengah untuk memusuhi Iran dengan program nuklirnya.
"Bush ingin meyakinkan negara-negara yang dikunjunginya bahwa Iran adalah musuh, sedangkan Israel adalah kawan," serunya di hadapan para pendukung. Dia juga mendesak negara-negara Arab untuk menganggap visi Bush di Timur Tengah adalah visi-visi setan.
Menyambut kemunculan sensasional Nasrallah, masa pendukung Nasrallah yang terdiri dari para pria, wanita dan juga anak-anak membawa bendera Hizbullah meneriakkan: "Allah melindungi Nasrallah, matilah Amerika, matilah Israel,". Diperkirakan sekitar 1 juta orang memadati perayaan tersebut.
Kemunculan Nasrallah ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan di Lebanon terkait kekosongan posisi presiden di negara Islam tersebut. Posisi vital itu kosong sekitar dua bulan akibat krisis berkepanjangan antara partai-partai dukungan negara-negara Barat dan pihak oposisi Hizbullah. Meskipun kedua kubu telah setuju dengan penunjukan Jenderal Michel Sleiman sebagai presiden, keduanya masih berselisih mengenai masa depan pemerintahan.
Nasrallah menjadi musuh besar Israel sejak kelompoknya terlibat dalam peperangan brutal dengan negara Yahudi itu di tahun 2006. Pada saat itu kelompok Hizbullah telah menahan dua serdadu Israel yang berdampak pada pecahnya perang yang berlangsung selama 34 hari.
Perang tersebut menewaskan 1.200 warga sipil di Lebanon, sepertiganya anak-anak. Di pihak Israel, sekitar 160 serdadu Israel tewas. Pada Oktober, Israel menerima potongan mayat serdadunya yang tewas dalam peperangan brutal tersebut.
Pemerintah Israel meradang mendengar hujatan Nasrallah tersebut. " Nasrallah telah melanggar batas-batas kemanusiaan. Kita tidak usah panik menanggapi semua pernyataannya," ujar Mendagri Israel Meir Sheetrit pada AFP, kemarin (20/1). (ap/jp/dar)