Jakarta, NU Online
Pemilihan Umum Presiden 5 Juli nanti, akan diwarnai oleh kecenderungan perilaku pemilih (voting behavior) yang makin independen. Ciri khas pemilih independen ini, pengambilan keputusan politik berdasarkan pertimbangan rasional, menggunakan hitungan-hitunagan matang dalam menggunakan preferensi pilihan politiknya. Demikian kesimpulan umum Diskusi Membaca Skenario Pilihan Presiden Putaran Kedua, yang diselenggarakan oleh Komite Persiapan Pergerakan Indonesia (KPPI), (2/7) pukul 19.00 di Jl Proklamasi 41 Jakarta. Hadir sebagai pembicara dalam forum tersebut Enceng Shobirin Naj, Wakil Direktur LP3ES, Mohammad Qodari, Direktur Riset LSI, serta Faisal Basri, Sekretaris Jenderal Pergerakan Indonesia.
Dalam pemaparannya E. Shobirin mengungkapkan terjadinya migrasi pemilih yang sangat signifikan konstituen partai tertentu pada pilihan presiden yang berbeda dengan partainya, bahkan politik aliran juga menunjukkan hal yang sama, tidak mampu mengikat pemilih berdasarkan ikatan ideologi serta politik aliran, mengalahkan popularitas presiden. Pilihan presiden sangat berbeda dengan Pemilu Legislatif, popularitas sangat penting didalam mendongkrak Hasil Survey LP3ES, Juni 2004 yang lalu menunjukkan gejala tersebut, misalnya pendukung Megawati juga mengalami kenaikan dengan kehadirannya dalam dialog mulai memunculkan simpati dukungan dari luar konstituennya. skenario putaran kedua akan diperebutkan oleh pasangan SBY-Kalla dengan Megawati-Hasyim. Gejala otonomi pemilih dalam konteks demokrasi sangat membantu, semakin masyarakat menggunakan kalkulasi-kalkulasi politik maka peluang, mobilisasi politik makin berkurang. Namun ini hanya tangkapan yang bisa dilihat sementara. Sebab operasi inteljen yang digunakan untuk memenangkan salah satu kandidat presiden atau praktek money politik bisa menggugurkan tesis itu.
<>Senada dengan E. Shobirin, M Qodari menyatakan bahwa survey LSI menemukan data-data yang tak jauh beda dengan LP3ES. Gejala bahwa pilihan partai politik tidak equivalen dengan pilihan presiden tampak nyata. Oleh karena pemilihan presiden akan saling menarik. Dua pasangan yang akan bertarung kuat di putaran kedua adalah SBY versus Megawati, tinggal dilihat apakah perbandingan angkanya mencolok atau tidak. Amien dan Wiranto juga memiliki kans kuat untuk masuk putaran kedua, namun penambahan suaranya tidak akan mampu mengguli popularitas SBY. Dukungan PKS pada Amien memang besar namun belum tentu akan menjamin masuk ke putaran kedua.
Sementara Faisal Basri mengungkapkan analisis hasil polling ini akan makin meningkatkan kompetisi antar kandidat, kandidat yang suaranya tidak begitu bagus harus bekerja keras, akan simpati publik makin meningkat. sekaligus bisa dijadikan sarana pendidikan politik masyarakat. Masyarakat akan terlibat aktif dalam proses ini, mayoritas yang diam (silent mayority) perlahan tapi pasti akan tergerus dengan makin terbukanya informasi yang dapat diakses langsung oleh masyarakat. Dengan demikian apapun scenario putaran kedua akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan kandidat serta sejauhmana mereka mampu mempengaruhi pemilih.(AA)