Warta

Masih Banyak Mayat Ditemukan di Aceh Besar

Rabu, 12 Januari 2005 | 05:09 WIB

Banda Aceh, NU Online
Beberapa desa di wilayah Lambaro, Punge dan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar masih banyak jenazah korban tsunami yang belum berhasil dievakuasi para oleh relawan kemanusiaan.Selain sedikitnya jumlah relawan dan TNI, medan yang berat juga turut menjadi faktor lambatnya evakuasi.

Menurut Ahmad Mumtadi (26), salah seorang pengurus NU Aceh Besar kepada NU.Online di Banda Aceh dalam kunjungan para tokoh agama bersama Media Group, Senin (11/1), mengatakan sebagian dari jenazah laki-laki dan perempuan yang masih berserakan itu sudah mulai membusuk serta menebarkan bau menyengat hidung.

<>

Daerah yang masih banyak dijumpai jenazah korban tsunami di wilayah Aceh Besar itu antara lain di kawasan Desa Tanjung Deah (Lambaro), Kajhu, Labui, Punge dan Lambada (Baitussalam), sekitar lima kilometer dari jantung kota Banda Aceh. Keempat desa tersebut merupakan daerah yang cukup parah diterjang tsunami di wilayah Aceh Besar, sehingga banyak jenazah yang belum dievakuasi karena masih sulitnya dilalui kendaraan roda empat.

Sepanjang perjalanan di sekitar pusat kota Banda Aceh, terlihat sebagian besar rumah penduduk empat desa itu kini sudah habis tanpa bekas setelah "disapu" tsunami dan lebih 50 persen warga diperkirakan meninggal atau hilang, yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. Saat tiba dilokasi evakuasi, di desa Punge yang dekat dengan bibir pantai, TNI masih terlihat bersama tim relawan sedang mangangkat jenazah yang sudah hancur, membungkus di kantong mayat dan kemudian di kumpulkan di salah satu lokasi pekuburan massal di Lampenereuh.

Ahmad menyebutkan, dari 800 jiwa penghuni kompleks perumahan Mutiara Cemerlang, Desa Kajhue, Aceh Besar, kini yang selamat antara 75-100 orang, sedangkan lainnya belum ditemukan."Itu baru di daerah saya saja dan sama parahnya dengan desa tetangga lainnya di wilayah itu," kata Ahmad, yang mengaku mengetahui betul karena termasuk warga Punge, Kodya Banda Aceh yang selamat dari amukan korban tsunami.

Sementara itu, informasi lain yang berhasil dihimpun dari Desa Labui, Lambada, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, menyebutkan bahwa dari 600 jiwa warga desa itu kini yang tinggal hanya 150 orang. "Saya kira, desa yang berada di sepanjang pantai Aceh Besar itu rata-rata lebih dari 60 persen penduduk meninggal," kata Ny Cut Nurhayati, salah seorang warga Desa Labui yang selamat dari maut.

Ia tidak bisa menceritakan lagi bagaimana "kejamnya" air bah itu yang dalam waktu sekejap mata menyapu habis semua bangunan dan pepohonan yang menghalanginya, dan setelah air surut jenazah ditemukan berserakan. "Mereka yang selamat dari bencana itu, termasuk saya hanya atas pertolongan Allah SWT karena jika dilihat kenyataannya tidak mungkin manusia bisa selamat," kata Ny Cut Nurhaty sambil menyeka air mata mengenang suami dan dua orang anaknya ikut raib ditelan tsunami.

Minum Air Laut

Kondisi kesehatan pengungsi di Kota Jantho (Kantor Camat Jantho) Aceh Besar yang berjumlah 1.700 jiwa pun terlihat memburuk karena meminum air laut yang bercampur lumpur hitam berbau belerang. Pengungsi yang sakit dikonsentrasikan di RS Malikul Saleh, RS Cut Meutia, RS Cut Nyak Dhien, RS Malahayati dan RS Kesdam, seluruhnya berjumlah 478 orang. Selain di tempat itu banyak juga pengungsi yang terkonsentrasi di Mesjid Jantho dan dirumah-rumah penduduk di Dusun 2 (Sentosa), Dusun 3 (Seroja) dan Dusun 4 (Kemuning). Jumlahnya pengungsi di Mesjid Jantho dan rumah-rumah penduduk ini belum diketahui pasti.

Muhammad Zahri (29) salah seorang pengungsi sekaligus relawan yang di temui NU Online mengatakan kebutuhan mendesak yang sangat dibutuhkan adalah air bersih, tenda, obat-obatan, selimut dan relawan untuk pendistribusian logistik. Selain soal pengungsi, masih banyak jenazah yang belum dievakuasi di Aceh Besar sehingga dibutuhkan relawan untuk evakuasi jenazah. FPI membantu evakuasi jenazah ini, dan salah seorang diantara relawan mereka menderita koma akibat kelelahan dan kondisi alam yang buruk. Hari ini baru 300 jenazah yang dapat dimakamkan di Lambaro.

Di temukan juga Lumpur hitam "berbahaya" yang menjadi bagian dari gelombang tsunami ketiga di pesisir Tanah Pasir Lhoksumawe masih menjadi masalah. Ketika membandingkan lumpur hitam tsunami dengan racun rumput (herbisida), seorang relawan menemukan bahwa daya bunuh lumpur hitam tsunami lebih kuat dibanding herbisida. Pohon yang terkena lumpur hitam mati seketika. Seluruh sumber air dan sumur di Tanah Pasir sudah tergenang lumpur hitam ini sehingga berbahaya jika di konsumsi. "Kami meminta pemerintah secepatnya menganti


Terkait