Warta

Malaysia Ingin Jadi Pusat Baju Muslim

Senin, 9 November 2009 | 07:44 WIB

Kuala Kumpur, NU Online
Malaysia mencoba menempatkan diri sebagai ibukota fashion untuk baju-baju Muslim, kata wartawan BBC Jennifer Pak di Kuala Lumpur. Pesan itu disampaikan oleh sejumlah kalangan yang menyelenggarakan festival fashion baju Muslim di Kuala Lumpur.

Perancang baju Malaysia Tom Abang Saufi mengatakan banyak warga non Muslim yang juga memakai baju dengan model tunik. Seseorang bisa tetap modis dengan menggunakan baju Muslim, katanya. Model baju Muslim beragam dari satu perancang ke perancang lainnya.<>

Rancangan nona Tom Abang mencakup berbagai warna tunik yang terbuat dari sutera. "Yang saya rancang tidak hanya baju dengan warga hitam," katanya.

"Baju Muslim dapat mempercantik seseorang dan bukan sekedar memakai baju Muslim," katanya.

Minggu fashion Malaysia

Festival fashion Muslim itu adalah bagian dari minggu fashion internasional Malaysia. Festival ini akan menampilkan wanita Muslim yang memakai berbagai model baju Muslim lengkap dengan jilbab, kata ketua festival ini Raja Rezza Shah. Raja Rezza mengatakan ia membentuk festival ini tahun 2006 sebagai cara mengangkat model baju Muslim.
 
Sejak itu, lebih dari 200 perancang dari seluruh dunia ikut serta, setengah dari mereka non-Muslim, kata Rezza. "Saya bangga dengan itu, dan paling tidak kami telah membuktikan bahwa aktifitas terkait Islam bukanlah satu panggung yang membuat takut warga non-Muslim.

Dalam tiga tahun terakhir, Rezza telah melakukan sejumlah acara di Jakarta dan Dubai. Mereka akan melakukan acara yang sama di Monte Carlo bulan Agustus. Rezza melihat potensi besar dalam dunia fashion baju Muslim, dengan Kuala Lumpur sebagai pusatnya.

Peluang berkreasi

Nama besar fashion di Eropa seperti Christian Dior telah mencoba masuk ke pasar baju Muslim tahun ini dengan rancangan abaya, baju panjang hitam yang sering digunakan di Timur Tengah.

Rezza mengatakan Malaysia, dengan penduduk etnis Melayu, Cina dan India cocok menjadi pusat baju Muslim karena pemakaian baju Muslim tidak seketat seperti di Timur Tengah. "Saya memiliki peluang untuk berkreasi," katanya.

Rezza mengatakan festival fashion itu akan menampilkan baju dengan panjang beragam. Ia juga mengatakan ingin menampilkan bahwa wanita Muslim menggunakan baju yang berbeda di sejumlah negara. Sejak festival dimulai, Rezza mengatakan sejumlah butik di Kuala Lumpur yang menjual baju Muslim mulai banyak.

Perancang lain, Nuraini Mohhamed Ariffin mengatakan ia memulai usahanya karena pada awalnya ia kesulitan untuk kolam renang umum tanpa busana yang layak.

Dengan dorongan suaminya, perancang berusia 37 tahun ini, mencoba merancang baju renang yang terdiri dari empat bagian: jilbab sampai ke bahu, topi berenang, baju tanpa lengan, dan baju tunik.

Nuraini membentuk perusahaannya, Active Attire, lima tahun lalu. Sejak itu, saingan bermunculan dengan perancang dari Indonesia, Spanyol dan Autralia. Namun Nuraini mengatakan ia tidak kawatir karena persaingan itu suatu saat baju renang Muslim dapat diterima secara internasional. (mad)


Terkait