Warta

Mahasiswa Indonesia di Libya Tergabung dalam KKMI

Rabu, 17 November 2004 | 08:12 WIB

Tripoli, NU Online
Mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Islamic Call College (Kulliyah Da’wah Islamiyah) Libya memiliki sebuah organisasi sebagai wadah untuk apresiasi dan urun rembuk dalam menghadapi berbagai masalah selama di negeri ini. Organisasi ini dinamai KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia). Saat ini jumlah total yang tergabung sebanyak 38 orang.

Mereka juga melakukan penyambutan dan mengadakan acara buka puasa bersama bagi para mahasiswa baru yang diberangkatkan oleh Nahdlatul Ulama. Dalam forum ini dilakukan ta’aruf antara mahasiswa lama dan baru dan selanjutnya diadakan shalat tarawih.

<>

Para mahasiswa baru juga beramah tamah dengan Dubes RI untuk Libya H.Nawawi. Dalam sambutannya Nawawi berpesan “Ditangan kalian nanti, negara Indonesia akan di bawa kemana kalau kami sudah tua? Dan bagi kalian yang masih baru di Libya, tolong jaga citra negara Indonesia di Libya karena sampai detik ini, nama dan citra Indonesia
masih harum.”

Ditengah-tengah suasana Arab kerinduan akan suasana Indonesia tentu hal yang lumrah. Masakan Indonesia hanya dapat dirasakan ketika buka bersama di KBRI atau di rumah-rumah pejabat atau staf KBRI. Selama bulan Ramadhan setiap hari Kamis dan Jum’at, KKMI dan KBRI membuat jadwal buka dan salat tarawih bersama yang tempatnya berpindah-pindah, di kantor KBRI atau di rumah pejabat KBRI.

Mahasiswa di universitas seluruhnya berjumlah sekitar 600 anak. Mereka berasal dari negara Tajikistan, India, Benin, Bosnia, Kosovo, Albania, Thailand, China,
Malaysia dan lainnya.

Universitas menanggung makan dan kitab atau buku paket yang diajarkan. Mahasiswa juga diberi tunjangan living cost, akan tetapi jumlahnya sangat kecil yang hanya 30 Dinar Libya atau setara dengan 180 ribu rupiah per bulan. Dengan jumlah ini, para mahasiswa tentu saja harus pandai-pandai mengatur strategi keuangannya.

Selama Ramadhan, manu standar sahur di asrama adalah nasi plus ayam sedangkan pada waktu buka puasa adalah qusqusi atau maqrunah plus roti dengan takjil kurma plus susu.

Komunikasi dengan para mahasiswa dari negara-negara lain juga sudah berjalan. Zainil Ghulam mengaku baru dua puluh hari di Libya sudah diajak buka puasa secara pribadi oleh teman-temannya dari Libya, Mali dan Sudan.

Saat buka puasa dengan orang Libya, pertama kali yang disuguhkan adalah menu untuk ta’jil dengan kurma plus susu khalib. Setelah jama’ah maghrib bersama, baru hidangan buka puasa dengan menu sejenis kuah sup ayam,roti dan buriq (seperti lumpia goreng, tapi di dalamnya daging kambing dan wortel) yang rasanya enak sekali. Selanjutnya makan sup. Setelah itu dikeluarkanlah nasi bukhori, qothoif (seperti pastel tapi didalamnya kacang dan kismis), bazbuzi (seperti wingko babat),’asidah (bubur yang dibentuk seperti wajan lalu dicampur dengan sambel kacang).

Menurut etika orang Libya, semua hidangan yang disuguhkan harus dihabiskan sampai
Bersih karena kalau tidak mereka akan merasa terhina karena takut makanannya dianggap kurang enak. Untung dengan bantuan beberapa teman, peristiwa tersebut tidak terjadi.

Lain lagi dengan tradisi dari orang Mali. Setelah ta’jil buka puasa dan sholat berjamaah, menu yang dikeluarkan adalah kuah atau masakkan gule daging unta dan bubur zanzabin (seperti jenang sapar yang kental karena dicampur tepung terigu dan kanji). Masakan ini rasanya lumayan membangkitkan selera.

Ghulam mengaku dari sekian banyak menu Libya, hanya masakan buriq (seperti lumpia goreng) yang paling disukai.

Masyarakat Libya bisa dikatakan sangat welcome terhadap pelajar Indonesia. Hal ini dikarenakan pola komunikasi dan tindak tanduk pelajar Indonesia yang sopan. Pernah suatu ketika sepesawat dengan orang Libya namanya Fahmi yang ditemui di Dauha’ waktu transit. Dari perbincangan tersebut, tak dinyana dikasih kartu telepon PC2CALL (seperti:voucher kartu bebas atau merdeka di Indonnesia.). Rombongan ini dikasih voucher senilai $10 yang kemudian digunakan secara keroyokan untuk menelepon ke Indonesia.

Masuk hari pertama bagi mahasiswa S1, sudah ada dosen yang memberi tugas berat. Mereka diminta mentalhis (meringkas) kitab tauhid yang jumlahnya sekitar 360 halaman dalam waktu 10 hari dan kemudian langsung ujian.

Jika mereka yang tidak lulus ujian, akan dimasukkan ke ma’had ta’hili (program persiapan 1 tahun sebelum masuk kuliah). Saat ini para mahasiswa baru S1 dari Indonesia sedang berdebar-debar menunggu nasib sampai pengumuman yang akan dilakukan setelah Idul Fitri.

Di Tripoli juga terdapat pasar kaget seperti yang banyak terdapat di Jakarta yang namanya shuq rasyid. Pada malam lebaran, pasar tersebut sangat ramai, bahkan c


Terkait