Ma’had Al-Qur’an Pandeglang Direncanakan Jadi Terbesar di Asia Tenggara
Ahad, 22 Juni 2008 | 22:52 WIB
Ma`had Al-Qur’an Pondok Pesantren Darul Muzari`in Al Islamiah, Karang Bolong, Pandeglang, Banten direncanakan akan menjadi lembaga pendidikan Islam terbesar di Asia Tenggara karena lingkungan masyarakatnya sangat mendukung dan suasana relegius Islami sudah tertanam sejak lama.
Pondok Pesantren itu didirikan pada 1998. Pada tahun 2000 sudah didirikan masjid. Luas areal pendidikannya 8 ha, sedangkan luas area pertaniannya mencapai 20 ha.<>
Direktur Pusat Studi Islam Frankfurt, Jerman, Prof. Dr. Muhammad Hassan Hitou saat berpidato di hadapan sejumlah pejabat di Pondok Pesantren tersebut, di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigelis, Pandeglang, Banteng, Sabtu (21/6) lalu ketika datang pertama kali ke Pandeglang, infrastruktur pesantren belum memadai. Tapi ketika akan dilakukan peletakan batu pertama, sarana dan prasarana sudah baik.
Hadir dalam kesempatan tersebut Menag M Maftuh Basyuni, Wakil Gubernur Banteng, HM Masduki, Bupati Pandeglang, Dimyati Natakusuma, Dubes Suriyah HM Muzzamil Basyni, Sekjen Depag Barul Hayat, dan Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Nassaruddin Umar.
Sebelumnya Dr. Taufik Ramadhan, pengajar pada jurusan ilmu Islam Universitas Damaskus, Suriyah mengatakan, Ma`had Al Quran di Pondok Pesantren yang didirikan di Pandeglang ini memiliki arti penting dalam pengembangan ajaran Islam. Peletakan batu pertama hanya merupakan simbol belaka, tetapi lebih penting dari itu adalah mengisi dengan berbagai kegiatan sesuai seperti yang diamanatkan Nabi Muhammad SAW.
”Mengamalkan ajaran Islam dan Al-Qur’an akan membawa keberkahan yang pada akhirnya akan memperkuat solidaritas sesama Muslim,” katanya.
Hassan Hitou mengatakan, pengembangan pesantren tersebut akan membangkitkan kejayaan Banten dengan nilai Islamnya. Sebab, dari berbagai literatur yang dipelajarinya, banyak ulama dari daerah ini melahirkan karya ilmiah dan bernilai tinggi. ”Kejayaan Banten dengan nilai Islamnya harus dikembalikan,” katanya.
Sementara itu Menag M Maftuh Basyuni sebelum meletakan batu pertama bangunan Ma`had Al Quran, merasa terdorong mendirikan Pondok Pesantren di daerah itu lantaran adanya keprihatinan akan makin kurangnya para pemuda menggeluti ilmu Al Quran.
Beberapa kali ia bertemu dengan ulama Banten, ternyata gejala makin menurunnya minat pemuda menggeluti Ilmu Al-Qur’an juga dialami di daerah ini. Untuk itulah, atas izin Allah dan adanya kelebihan rezeki, akhirnya Pondok Pesantren di Desa Karang Bolong dapat didirikan. Meski belum sempurna betul, tetapi setidaknya anak kecil di daerah ini sudah makin gemar membaca Al-Qur’an.
Daerah Padeglang dipilih karena jauh dari kota. Daerah ini masih steril dan jauh dari polusi udara. Hal lain, wilayah ini masih jauh dari pengaruh gaya hidup pemuda kota yang cenderung mengabaikan nilai relegius.
Menurut Maftuh, sekitar satu tahun ma’had itu sudah dapat digunakan. "Kita tak menerima bantuan dalam bentuk uang. Semua bantuan dalam bentuk bangunan, yang pemborongnya juga dipilih oleh Hassan Hitou," katnya.
Prof. Muhammad Hassan Hitou akan menjadi penyandang utama untuk pembangunan Ma`had Al Quran. Berapa besarnya nilai bantuan itu, Maftuh kembali tak mau menjelaskan. "Kita terima beres," katanya.
Di areal ini juga ada lahan untuk peternakan sapi dan kambing dengan lahan 1,5 ha. Juga ada pabrik tahu untuk memberdayakan masyarakat setempat.
"Kita harapkan, jika nanti para santri punya minat di bidang pertanian, mereka akan punya kesempatan luas," kata Sekretaris Umum Yayasan Darul Muzari`in al Islamiah, H. Sudaryono. (ant/dpg)