Pada tahun 2009 ini, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) menargetkan mampu memberi pelatihan kepada 700 orang dai dan daiyah yang akan memberikan bimbingan agama di daerah transmigrasi di empat propinsi bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
“Kita akan mengajarkan kepada mereka dua hal prinsip, tentang kebenaran faham ahlusunnah wal jamaah dan ilmu menyampaikan dakwah di tengah-tengah masyarakat,” kata ketua LDNU KH Nuril Huda di gedung PBNU, Rabu (15/4).<>
Pelatihan akan dibagi per angkatan yang masing-masing terdiri dari 100 orang dengan tempat pelatihan di pesantren. “Kita tidak hanya memberikan teori, tetapi secara bersama-sama mempraktekkan. Mereka diwajibkan untuk kiyamul lail, tahlilan, puasa senin-kamis dan amalan ahlusunnah wal jamaah lainnya,” katanya.
Aspek praktek dari peribadatan ini ditekankan mengingat belakangan ini, semakin jarang umat Islam yang melaksanakan amalan-amalan sunnah tersebut, padahal rasulullah mengamalkannya setiap hari.
“Dalam berbagai pertemuan yang saya ikuti, semakin jarang orang yang puasa senin-kamis dan sholat malam, padahal selama sebelas tahun, rasulullah hanya dua hari meninggalkannya karena sakit,” ujarnya.
Dijelaskannya, pelatihan sengaja ditempatkan di pesantren untuk mendekatkan para dai dan daiyah dengan para kiai. “Pesantren juga telah terbukti sebagai tempat yang unggul dalam menghasilkan kader-kader dakwah,” tandasnya.
Pada 13-17 April ini, LDNU juga tengah mengadakan pelatihan di Jambi yang melibatkan 30 peserta, yang merupakan bagian dari program ini. Selama lima hari ini, mereka mendapatkan pelatihan bagaimana memahami sosiologi masyarakat, retorika berpidato dan penguatan ajaran aswaja.
Kiai Nuril yang merupakan salah satu pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini menjelaskan agar nahdliyyin tidak perlu khawatir tentang kebenaran ajaran aswaja. Oktober 2008 lalu, ia melakukan kunjungan ke Libya dan bertemu dengan ulama dari 120 negara.
“Golongan ahlusunnah wal jamaah merupakan mayoritas di dunia, yang berbeda hanya Arab Saudi yang menganut Wahabi dan Iran yang menganut Syiah,” terangnya. (mkf)