Warta

LDNU Harapkan Idul Fitri Dirayakan dengan Sederhana

Jumat, 12 November 2004 | 03:21 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama KH Nuril Huda mengharap agar masyarakat merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan sederhana dan tidak bermewah-mewah. “Sekarang ini, paradigmanya sudah terbalik, Idul Fitri identik dengan segala sesuatu yang baru, pakaian baru, mobil baru, dan lain-lainnya,” tandasnya.

Dikatakannya, Rasulullah sejak tanggal 21 Ramadhan ibadahnya makin getol dan seluruh keluarganya dibangunkan untuk bisa ikut sholat malam dan I’tikaf. Ini berbeda dengan tradisi di Indonesia yang mana semakin akhir, barisan tarawih dimasjid semakin maju. Ketika ditanya mengapa orang tidak lagi tarawih, jawabannya karena mau membuat kue Idul Fitri atau memikirkan rencana mudik.

<>

“Bulan Ramadhan yang seharusnya dimaknai untuk bisa menahan diri dan mencoba merasakan penderitaan orang miskin, pengeluaran konsumsi kita semakin banyak padahal seharusnya disederhanakan. Kalau Idul Fitri tidak punya makanan, kita jadi malu karena itulah, masyarakat masih perlu penggemblengan,”tandasnya.

Terdapat pepatah Arab yang menyatakan “Idul Fitri bukan karena pakaian baru, akan tetapi Idul Fitri maknanya orang itu bertambah taatnya kepada Allah.” Ini bukan hadist sekedar pepatah yang perlu kita hayati bahwa dengan berakhirnya Ramdahan, moral kita semakin baik dan ibadah kita semakin khusuk.

“Dalam satu hadist ada lima malam dimana doa tidak ditolak oleh Allah, salah satunya malam idul fitri, tetapi di negeri kita tidak, orang malah beramai-ramai, orang di kampung bunyikan mercon. Sehingga lupa kepada Allah,” tandasnya.

Tentang tradisi mudik dan bertemu dengan keluarga di kampung, kyai asal Lamongan ini sangat setuju. “Ini agar bisa saling berhalal bihalal dan saling memaafkan. Bahkan bagi orang Jawa, dahulu mereka mudik bukan hanya Idul Fitri, tetapi juga menjelang puasa,” imbuhnya.

Ini juga berdasarkan ajaran Rasulullah. Pernah suatu saat menjelang Ramadhan Rasulullah sebelum sholat Jum’at membaca amiin selama tiga kali dan ini tidak biasa kemudian setelah selesai sholat para sahabat bertanya mengapa nabi melakukan hal tersebut..

Rasulullah menjelaskan waktu itu malaikat Jibril datang dan berkata maukah tuan baca amin dan saya akan berdoa kepada Allah.

Malaikat jibril doanya tiga macam, pertama Yaa Allah jangan engkau beri pahala sempurna orang yang beribah dan dan berpuasa yang tidak berbakti kepada Allah, nabi terus menjawab Amiin.

Kedua, Yaa Allah jangan engkau beribadah sempurna yang tidak rukun dengan saudara-saudaranya dan nabi juga menjawab amiin dan yang terakhir Jibril berdoa Yaa Allah jangan engkau beri pahala yang sempurna orang yang beribadah yang tidak rukun dengan tetangga-tetangganya, dan nabi juga menjawab amiin.

“Barangkali dengan keterangan ini, orang Jawa, zaman dahulu itu pulangnya tidak hanya idul fitri, tetapi juga menjelang puasa. Karena sekarang sibuk, maka pulangnya hanya idul fitri,” tandasnya.(mkf)


Terkait