Jepara, NU Online
Di kabupaten Jepara, kasus gizi buruk masih ditemukan bahkan terdapat sepuluh balita yang meninggal dunia. Data tersebut dilansir mulai 2000 hingga awal tahun ini. Angka balita yang mengalami gizi buruk juga masih tinggi meski terdapat perbedaan data.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara terdapat 190 kasus gabungan dari kasus lama dan baru. Sementara PC Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Jepara mencatat sebanyak 351 kasus.
<>Hal lain yang perlu dikaji lebih mendalam adalah penyakit lain yang dimiliki balita penderita gizi buruk. Selain itu, penanganan gizi buruk di Jepara diharapkan terus dievaluasi agar lebih baik di masa yang akan datang. Hal itu tersaji dalam Dialog dan Seminar Kesehatan “Revitalisasi Pelayanan dan Penganggaran Sektor Kesehatan Kabupaten Jepara” yang diselenggarakan PC Lakpesdam NU Jepara di aula Dinas Kesehatan Kabupaten, Ahad (15/5).
Perwakilan dari Lakpesdam, Badiul Hadi menjelaskan acara tersebut dilaksanakan untuk menyampaikan data hasil penelitian gizi buruk yang terjadi di Jepara pada September hingga Oktober 2010. Menurut penjelasannya data gizi buruk di Jepara dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2007 terdapat 279 kasus, 2008 sejumlah 277, 2009 sebanyak 299 dan 2010 tercatat 351 kasus.
“Untuk kasus 2010 kecamatan yang paling banyak terdapat balita dengan gizi buruk adalah Kembang sebanyak 78 kasus. Kecamatan dengan kasus terkecil adalah Tahunan ada 3 kasus,” jelasnya.
Dia menambahkan penyebab tingginya kasus gizi buruk adalah lingkungan yang kurang sehat karena tidak memiliki sanitasi seperti jamban yang memadai, mengonsumi air sumur yang sehat hingga ekonomi keluarga yang jauh dari cukup. Ia menilai perhatian pemerintah dari sisi anggaran dirasa jauh dari cukup. Tidak ada perubahan anggaran dalam program perbaikan gizi sebesar Rp.175 juta.
Berdasarkan hal itu, Lakpesdam NU Jepara memberikan 16 rekomendasi kepada instansi terkait agar angka gizi buruk tidak terus bertambah. Salah satu rekomendasi perlu adanya sinergi dan kerjasama antar sektor dan instansi, perlu adanya akses informasi kesehatan yang lebih mudah, cepat dan akurat. “Rekomendasi lain tentu adanya peningkatan sektor kesehatan untuk perbaikan gizi masyarakat,” tambahnya.
Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim