Warta

Kisruh Ansor, Perlu Pengembalian Mekanisme Tata Tertib

Senin, 4 April 2005 | 10:53 WIB

Jakarta, NU Online
Ricuhnya kongres GP Ansor ke-13 yang usai ditutup hari ini, senin (4/4) bisa di selesaikan dengan jalan mengembalikan mekanisme pemilihan sesuai dengan tata tertib yang di sepakati ketika sidang paripurna di gelar. "Ini harus dilakukan untuk menjaga kredibilitas organisasi, apalagi Ansor merupakan aset NU yang mestinya mengedepankan mekanisme demokrasi dalam setiap keputusannya," demikian diungkapkan Wakil Sekjen PBNU, Saeful Bahri Ansori kepada NU Online di kantor PBNU, Senin (4/4).

Menurutnya, jika menggunakan logika organisasi yang benar pengembalian mekanisme itu perlu, karena menyangkut keabsahan keputusan tertinggi dalam sebuah rapat organisasi. "Bagaimana mungkin keputusan rapat paripurna bisa dikalahkan derajatnya oleh sebuah keputusan yang lebih rendah, dan parahnya keputusan itu keluar dari tata tertib yang telah disepakati sebelumnya. Jadi saya mengangap sekarang ini tidak ketua umum Ansor karena mekanisme pemilihannya tidak sah," ungkap Saeful seraya mengatakan, Kongres XIII Ansor ini merupakan kongres terburuk dalam sejarah kongres organisasi kepemudaan NU tersebut.

<>

Karena itu, lanjut mantan ketua umum PB PMII ini, untuk menghindari berlarut-larutnya konflik di tubuh Ansor, PBNU selaku stake holder perlu turun tangan untuk menghindari pecahnya salah satu aset besar NU ini. "Meskipun Ansor sebagai badan otonom memiliki hak untuk menyelenggarakan urusan internalnya, tetapi jika terjadi konflik, PBNU memiliki tanggung jawab moral selaku "bapak" terhadap "anaknya", apalagi ada ketentuan AD/ ART PBNU yang mengatur itu," tandas alumnus IAIN Djogjakarta ini.

Ditambahkan Saeful, ricuhnya pelaksanaan kongres kali ini harus bisa dijadikan tantangan bagi kader Ansor ke depan untuk mengembalikan organisasi ini sesuai dengan semangat kesejarahan yang di dirikannya yakni membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang tangguh, memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas, dan beramal saleh.

"Inilah tantangan yang harus di jawab secara serius oleh kader-kadernya sesuai trilogi tujuan GP Ansor, yaitu kaderisasi, ideologisasi, dan aksi nyata,  yang ditpoang melalui wacana intelektual agar tidak terjebak pada "paradigma kekuasaan" dan pragmatisme," imbuh Saeful yang mengaku mengikuti beberapa kali penyelenggaraan Kongres Ansor ini. (cih)


Terkait