Warta

KH Malik Madani: Novel Kiai Hasyim Asy'ari tidak Bermutu

Rabu, 3 November 2010 | 06:20 WIB

Jakarta, NU Online
Katib Aam PBNU, KH Malik Madani menilai terbitnya buku fiksi tentang almagfurlah Hadratus Syekh, KH Hasyim Asy’ari terlalu berani dan sembrono. Kiai Malik yang dihubungi via telepon (2/11) tidak sepakat dengan terbitnya novel berjudul Bulan di Atas Kabah.

“Buku itu terlalu berani dan sembrono menampilkan tokoh fakta dalam karya fiksi. Penulis novel harus mengenal tokoh yang ditulisnya, sementara  saat ini tidak ada orang yang benar-benar mengenal kehidupan pribadi tokoh pendiri NU itu, kalaupun ada misalnya santrinya yang masih hidup yang  tinggal beberapa orang saja, itupun tidak bisa bercerita detil keseharian Kiai Hasyim, apalagi menyangkut dialognya dengan para kiai dan sejawatnya,” ujar Kiai Malik sungguh-sungguh. r />
“Ini artinya, novel ini tidak bermutu. Novelis bermutu pasti tidak akan mudah menampilkan sosok nyata dalam dunia fiksi. Lihat saja Ahmad Tohari atau Pramudya Ananta Toer. Keduanya tidak menyebut nama kan? Karena terlalu beresiko,” tegas

“Kalaupun toh cerita itu fiksi, tetapi yang difiksikan adalah tokoh sejarah, ini bisa dianggap manipulasi dan menyesatkan pembaca,” imbuhnya.

Menurut kiai asal Madura itu, penggambaran yang dangkal dan sepintas tentang Kiai Hasyim akan berakibat kontra produktif. Barangkali maunya memperkenalkan kehidupannya, ujar Kiai Malik, tapi orang akan menimbang ternyata hanya segitu Kiai yang selama ini dikagumi.

Kiai Malik menegaskan, “Ini bukan peran kiai Hasyim kecil, tapi penggambaran yang dangkal akan mengerdilkan kebesaran Kiai Hasyim Asy’ari. Apalagi akan difilmkan segala, hal itu akan semakin merusak kemuliaan kiai NU itu. Kalau mau membuat film mbok jangan beliau. Nanti bisa kontroversial. Atau memang sengaja kontroversi biar popular dan banyak rejeki?”

“Kalau mau bikin film, lebih film perjuangan NU seperti Resolusi Jihad yang menggerakkan pertempuran 10 November di Surabaya. Itu peran besar NU yang bisa diangkat ke layar, jangan cerita tokoh, nanti banyak salahnya, apalagi yang bikin bukan orang NU, bukan orang ahli agama,” kritik dosen Fakultas Sya’riah UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta ini.

Kiai Malik yang ahli dalam bidang fiqih ini menambahkan bahwa Kiai Hasyim Asy’ari bukan sekadar milik keluarga keturunan beliau, tapi milik seluruh warga NU bahkan menjadi simbol kebanggaaan warga NU,

“PBNU tidak setuju tokohnya itu difiksikan karena merusak citra Kiai Hasyim. Karena itu penerbitan buku itu tidak ada kaitannya dengan PBNU, dan sebaiknya rencana penerbitan lanjutan itu dibatalkan. Apalagi cara penulisan yang instan dan serba cepat, tanpa memperhatikan refleksi dan kedalaman itu sangat merusak citra Kiai yang sangat serius itu, baik dalam keilmuan maupun dalam perjuangan politik kebangsaan,” pungkasnya. (hmz)


Terkait