Warta

KH Idris Marzuqi: Pertemuan Tebuireng untuk Hapus Poros Kyai

Sabtu, 27 Maret 2004 | 03:05 WIB

Jakarta, NU Online
Pengasuh ponpes Lirboyo KH Idris Marzuki menyatakan bahwa dukungan terhadap pencapresan Gus Dur yang dihasilkan dalam pertemuan para ulama di ponpes Buntet jalan terus dan pertemuan di Tebuireng merupakan kesepakatan untuk menghapus anggapan poros-porosan diantara para kyai.

"Jadi pertemuan itu hanya menghilangkan imej adanya poros-porosan antara kiai NU. Kiai-kiai ingin hidup rukun, tidak ada persoalan apa-apa. Tidak membahas soal dukung-mendukung untuk capres," jelasnya kepada wartawan kemarin.

<>

Ia menunjukkan argumennya bahwa dalam tiga rekomendasi yang dihasilkan dalam pertemuan Tebuireng tersebut, sama sekali tidak menyinggung dukungan atau pencalonan pada seseorang. Dengan demikian, kesepakatan dari ponpes Buntet tetap jalan terus.

Pada intinya, para ulama, baik dalam pertemuan Buntet maupun Lirboyo sama-sama mendukung pencapresan Gus Dur pada pemilu 2004. Namun demikian, hal ini dilakukan dengan syarat Gus Dur memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan UU.

 "Pertemuan Tebuireng itu tidak menganulir hasil pertemuan di Ponpes Buntet. Jangan salah, kiai-kiai NU tidak menolak Gus Dur sebagai capres tapi dengan persyaratannya kesehatannya mendukung," kilahnya.

Dalam pertemuan Buntet sendiri, terdapat beberapa nama alternatif seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Wiranto ataupun KH Hasyim Muzadi yang memang dipersiapkan menggantikan Gus Dur jika ia mendapat kendala masalah kesehatan.

“Sudahlah hubungan antar kiai NU sudah baik, jangan dipanas-panasi soal capres. Tunggu saja setelah pelaksanaan pemilu legislatif, 5 April mendatang," pinta Kyai Idris.

Salah satu hasil pertemuan Tebuireng  adalah meminta PBNU untuk mengadakan munas alim ulama yang akan dilaksanakan setelah pemilu legislatif yang akan melibatkan seluruh PWNU, pesantren dan ulama.

Diharapkan, dalam pertemuan tersebut, dihasilkan keputusan final tentang capres ataupun cawapres dari kalangan nahdiyyin sehingga suaranya dapat menyatu pada satu tokoh setelah dalam pemilu lagislatif pilihannya tersebar pada banyak partai.(sy/mkf)

 


Terkait