Perilaku kemaksiatan yang dilakukan oleh sebuah kaum atau bangsa berkorelasi terhadap terjadinya bencana yang menimba mereka. Kisah-kisah dalam Al Qur’an telah memberi pelajaran bagi kaum yang mengabaikan perintah Allah.
Demikian dikata Khatib Aam PBNU Prof Dr Nasaruddin Umar dalam acara Halaqah Penyusunan Buku Landasan Konsepsional Penanganan Risiko Bencana Berbasis Komunitas dalam Perspektif Islam di Jakarta, Sabtu (24/5) malam.<>
“Kecurangan dalam berdagang yang dilakukan oleh umatnya Nabi Sholeh, homoseksualitas yang dikerjakan oleh kaumnya Nabi Luth dan kedurhakaan pengikut Nabi Musa semuanya dihukum oleh Allah,” katanya.
Ditambahkannya jika Allah sudah menurukan azab untuk umat yang durhaka, maka tidak ada yang mampu mencegahnya. “Ini berbeda dengan manusia, jika Rusia membikin sebuah senjata canggih, maka Amerika mampu membikin penangkalnya,” katanya.
Sayangnya, sebagian orang dengan gampang memvonis bencana yang menimpa sebuah daerah seperti tsunami di Aceh atau gempa di Jogja akibat kemaksiatan penduduk setempat. Perlu pengkajian yang lebih mendalam dalam mensikapi masalah ini.
“Rasulullah sendiri sudah meminta kepada Allah agar ummatnya tidak diberi azab yang menghabiskan seluruh manusia dan permintaan ini dikabulkan,” ujarnya.
Disisi lain, jka manusia memiliki amal yang baik, maka amal tersebut bisa membantunya untuk menghindarkan diri dari bencana. Hal ini terdapat dalam sebuah hadist yang menceritakan sekelompok manusia bisa keluar dari gua dengan menyebutkan amalan-amalan yang dilakukan dengan tulus ikhlas.
“Karena itu, istihgotsah yang dilakukan oleh warga NU untuk menolak bencana sudah benar. Doa bersama ini memang bisa menolak terjadinya bencana,” tandasnya.
Cara mensikapi terjadinya bencana juga menjadi bagian penting yang mempengaruhi kondisi psikologis korban. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk bersabar dan tabah ketika menghadapi ujian dan cobaan serta melakukan introspeksi guna perbaikan diri.
Bencana Sosial Lebih Berbahaya
Rektor Institute Ilmu Al Qur’an ini menuturkan bencana sosial memiliki pengaruh dan daya rusak yang lebih besar daripada bencana alam. Ia mencontohkan tingginya angka perceraian saat ini yang akhirnya mengakibatkan anak-anak dan perempuan menjadi korban yang paling menderita. (mkf)