Warta

Kang Said: Untuk Perbaikan Umat, Reformasi Sosial Perlu Dilakukan

Rabu, 31 Maret 2010 | 05:09 WIB

Jakarta, NU Online
Menghayati pelaksanaan Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (PBNU) yang baru lalu Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan gembira dengan pelaksanaan muktamar yang sukses besar karena tidak hanya dihadiri kader NU dari penjuru tanah air, bahkan dari seluruh dunia, dan menjadi perhatian masyarakat internasional.

Tetapi disisi lain, Ketua umum PBNU yang baru ini juga sangat prihatin munculnya budaya persaingan yang begitu mencolok di kalangan masyarakat Nahdliyin.<>

“Masyarakat NU yang berbasis pada kultur pesantren memiliki sub kultur sendiri, yaitu hidup berdasarkan taawun (gotong royong) sementara yang tercermin dalam Muktamar kemarin adalah hidup dalam suasana penuh persaingan, seolah tak ada lagi rasa persaudaraan,” katanya.

Dikatakannya, dalam persaingan selalu menafikan yang lain, semenmtara taawun selalu mengutamakan yang lain, karena dilandasi ukhuwah nahdliyah, ukhuwah wathonian dan ukhuwah Islamiyah. Persaingan cenderung menafikan segala bentuk ukhuwah tadi.

“Itulah sebabnya dalam agenda saya ke depan, NU harus dikembalikan ke pesantren dalam arti tidak hanya secara fisik bagaimana kita membangun pesantren dan akan selalu mengadakan acara NU di pesantren, tetapi yang lebih penting adalah menghidupkan nilai-nilai kezuhudan (asketisme) dan juga menghidupkan suasana saling tolong menolong sebagai wujud dari ukhuwah nahdliyah,” tandasnya.

“Sistem sosial yang kapitalis ini telah mengubah watak dasar kita, dan tradisi kita menjadi manusia yang hidup dalam persaingan, melihat saudaranya yang lain sebagai musuh bukan sebagai kawan. Nah ke depan NU perlu melakukan reformasi sosial, mengubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat yang Pancasilais, yang saling bantu membantu dalam mewujudkan kemanusiaan, persatuan di antara seluruh umat dan untuk mewujudkan keadilan sosial," imbuhnya.

Diakuinya, ini merupakan pekerjaan berat, tetapi ini tugas agama, yaitu tugas untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta kerukunan dan kesejahteraan.

“Karena itu seberat apapun mesti dilakukan, dan ini merupakan sebuah dakwah dalam arti yang sesungguhnya, yakni dakwah billisanil hal, yaitu dakwah konkret yaitu melakukan perubahan sosial untuk menciptakan sistem sosial yang ramah dan berkeadilan,” terangnya.

Langkah perbaikan NU ini penting karena bisa dijadikan sebagai solusi bagi perbaikan masyarakat Indonesia, karena NU tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena itu kalau memperbaiki umat dan bangsa ini bisa mulai dari NU tetapi harus juga ditujuan untuk perbaikan bangsa.

“Nah disitulah arti politik kebangsan NU, menjalankan tugas-tugas yang justru tidak dilakukan oleh partai politik, maka NU yanag tergerak untuk mengerjakannya,” tandasnya. (mdz)


Terkait