Sekretaris Jenderal ICIS (International Conference of Islamic Scholar) KH Hasyim Muzadi, digelarnya halaqah perdamaian ini terkait dengan pengembangan gerakan ICIS dari konferensi menjadi studi.
ICIS tidak hanya menyelenggarakan konferensi tahunan, tetapi juga akan mengkaji persoalan konflik di negara-negara muslim. Perluasan program tersebut, sebagai salah satu hasil evaluasi terhadap peran dan kiprah ICIS selama ini.<>
Dalam usianya yang ke-6, gerakan ICIS harus lebih tertata dan terkonsep rapi. “Waktu didirikan enam tahun lalu belum tertata, kini harus lebih tertata. Tahap awal organisasi ini menyamakan pandangan diantara negaranegara yang berpenduduk muslim dengan mengkampanyekan Islam rahmatan lilalamin. ICIS akan melakukan kajian soal akar konflik di internal muslim dan solusinya,” kata mantan Ketua Umum PBNU itu pada wartawan di Jakarta, Kamis (22/7/2010).
Selain itu, tambah Hasyim, ICIS juga akan tetap konsisten mempromosikan Islam moderat yang tidak pro ektrimisme dan juga tidak pro liberalisme. Karena itu, organisasi ini akan menyosialisasikan nilai-nilai Islam yang mengedepankan asas keseimbangan (tawazun) dan komodernan (tawasuth). Dengan demikian, ICIS yang lahir dari Indonesia akan tetap memegang visi kebangsaan dan Islam rahmatan lil alamin. ICIS dari NU untuk bangsa dan dunia. Sehngga jaringan ICIS ini ulama-ulama di dunia.
“Jadi Indonesia akan menjadi jangkar Islam yang moderat, tidak ekstrim kanan maupun kiri,” katanya lagi.
Karena itu untuk memperkuat struktur organisasi ICIS, Hasyim mendapat dukungan dari sejumlah tokoh penting di negeri ini, salah satunya mantan Presiden RI Jusuf Kalla (JK). Dalam struktur baru ICIS, JK membidani kajian dan implementasi ekonomi keumatan.
"Pak Jusuf Kalla untuk mendorong implementasi dari konsep yang sudah sering dibicarakan selama ini," tuturnya. Selain itu mantan Menlu Hassan Wirajuda sebagai dewan ahli bidang hubungan internasional, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dalam bidang hukum dan ketatanegaraan, mantan Kepala BIN Hendropriyono dalam bidang politik global. Sedangkan tokoh ESQ, Ari Ginanjar menduduki jabatan bidang dakwah internasional.
Hasyim menegaskan, penguatan struktur ICIS tersebut merupakan respon terhadap dorongan agar ICIS menjadi lembaga diplomasi Islam untuk melakukan studi dan penelitian terhadap isu-isu pencegahan konflik, penyelesaian konflik dan perdamaian pascakonflik di dunia.
"Kita akan membentuk ulama dan generasi muda yang punya kontribusi bagi bangsa. Jangan orang Indonesia pergi ke Amerika, jadi lebih Amerika daripada orang Amerika sendiri," ungkapnya.
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi juga hadir dalam Halaqah Perdamaian dan Ulang Tahun International Conference of Islamic Scholar (ICIS) ke-6 ini. Hasyim menilai Badawi sangat layak menjadi Keynote Speech pada halaqah perdamaian tersebut, melihat latar belakangnya yang pernah menjabat Presiden Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan perdana menteri Malaysia.
“Saya kira beliau sangat layak. Karena itu, saya mengundang beliau waktu ketemu di Malaysia beberapa waktu lalu,” kata Hasyim.
Menurut Hasyim, selain menghadiri halaqah ICIS, Badawi juga akan menghadiri kegiatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta. Selain Badawi, ulama dunia tokoh dunia lain yang dijadwalkan hadir menjadi pembicara, yaitu Dr Syeikh Hussam Qaraqira (Presiden Global University Lebanon).
Selain itu, hadir pula ulama dari Australia.Sedangkan dari dalam negeri, akan hadir sebagai pembicara Ketua MK Mahfudz MD, Mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Menlu Hasan Wirajuda, dan KH Tholhah Hasan.
Hasyim mengatakan, Syeikh Hussam Qaraqira akan menyampaikan materi “Membangun Tatanan Lintas Ideologi dan Pemikiran Menuju Perdamaian Dunia”. Sedangkan Mahfudz MD akan menyampaikan meteri “Membangun Sinergitas Hukum Islam Dalam Menghadapi Tantangan Global”.
Sementara itu, Megawati akan menyampaikan materi dengan tema “Nasionalisme Relegius dalam perspektif pemikiran Bung Karno”. Sedangkan Jusuf Kalla akan menyampaikan materi dengan tema “Memberdayakan Potensi Ekonomi Keumatan: Tantangan dan Solusi”.
Hasan Wirajuda yang punya segudang pengalaman diplomasi internasional akan membawakan meteri dengan tema “Peran Diplomasi Indonesia dalam membangun keseimbangan Dunia Islam dan Barat. Sedangkan KH Tholhah Hasan akan menyampaikan materi dengan tema “Transformasi Pemikiran Global dalam Pendidikan Islam.
“Semua pembicara sudah menyatakan kesiapannya untuk hadir,”tutur Hasyim lagi optimis. (mnf)