Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Populasi umat Islam di Indoonesia sangat dominan, yakni melampaui 87 persen dari total jumlah penduduk. Namun kenyataannya yang konsisten mengamalkan ritual ubudiyyah Islam tidak banyak. Diperkirakan angkanya hanya sekitar 25 persen dari totak penduduk yang menyatakan beragama Islam.
Demikian diutarakan oleh Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) PBNU Drs. KH Nuril Huda AN saat menyampaikan ceramah Maulid Nabi SAW di Masjid Al-Wustho, Babakan Tengah, Desa Babakan Raya, Kecamatan Darmaga, Bogor, Sabtu (3/4).<>
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan jama’ah Nahdliyin –sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama- yang tinggal di perkampungan yang terletak di sebelah timur kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga.
Sejumlah pemangku kepentingan hadir, antara lain Ketua DPRD Kabupaten Bogor Drs H Rachmat Yassin MM, juara qari internasional H Muammar ZA, dan para ulama setempat.
Lebih lanjut Nuril mengatakan, rendahnya angka umat Islam yang konsisten mengamalkan ritual ubudiyyah Islam adalah fakta yang sulit dibantah. “Harus jujur kita akui, jumlah umat Islam yang konsisten mengamalkan ritual keislaman masih minim. Saya sering mengadakan safari dan mengamati secara langsung di lapangan. Kenyataannya memang tidak banyak yang mengamalkan ajaran Islam. Kita baru mayoritas dari sisi KTP saja,” tegas Kyai Nuril sambil bergurau.
Hemat Nuril, angka 25 persen tersebut baru pada tahap yang konsisten mengamalkan ritual ubudiyyah. Jika dikerucutkan pada pengamalan Islam dalam pengertian spirit, nilai dan etika sosial, angkanya akan jauh lebih kecil. Sangat minim yang betul-betul konsisten mengamalkan ajaran Islam dalam pengertian ritual ubudiyyah dan nilai secara bersamaan.
Dalam pandangan mantan Anggota DPR-MPR RI ini, kalau umat Islam Indonesia sudah konsisten melaksanakan ajaran Islam baik dalam pengertian ritual maupun nilai, maka tidak akan banyak ditemukan praktik-praktik tercela yang dilakukan para pejabat publik. Para pejabat public tersebut umumnya mengaku Muslim. Namun kenyataannya belum menjadi Muslim sesungguhnya.
“Negara kita katanya mayoritas Muslim. Namun faktanya masih jauh panggang dari api. Negeri kita masih compang-camping. Korupsi paling unggul di dunia. Bagaimana tidak, kasus BLBI saja sudah 10 tahun sampai sekarang tidak pernah tuntas? Belum juga satu skandal korupsi dituntaskan, sudah muncul kasus korupsi baru. Beginilah wajah bangsa kita,” papar pria asal Lamongan ini.
Nuril mengemukakan, orang-orang yang selama ini melakukan praktik korupsi dan berbagai tindak kejahatan publik lainnya, adalah orang-orang yang dzalim linafsihi. Dengan melakukan tindakan yang merugikan hajat hidup orang banyak, pada hakikatnya mereka mendzalimi diri mereka sendiri. Karenanya, Nuril menganjurkan agar mereka kembali ke ajaran Allah swt dengan melakukan taubat.
“Kita perlu terus mengingatkan para pemimpin kita agar memiliki akhlak karimah dalam menjalankan tugasnya. Kalau tidak, konsekawensinya bangsa ini akan terus mengalami kesusahan, menerima konsekwensi dari kejahatan yang dilakukan para pemimpinnya,” paparnya mengajak.
Hal senada diutarakan oleh Drs H Rachmat Yassin. Menurut Rachmat, acara semacam Maulid Nabi SAW penting untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Maulid nabi selama ini cukup semarak, bahkan diselenggarakan hingga ke pelosok kampung. Namun yang terpenting adalah semangat meneladani ajaran yang diwariskan Rasulullah SAW.
“Harus disadari bahwa umat Islam semakin tercerabut dari akar budayanya. Misalnya mengenai kalender Hijriyyah saja tidak banyak yang hapal. Kalau ditanya mengenai kalender Masehi, hampir semuanya paham,” papar Rachmat.
Dalam benak mantan Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Bogor ini, ajaran Islam tidak hanya perlu terus ditanamkan pada masyarakat. Namun juga bagaimana Islam mampu menjawab berbagai persoalan sosial yang dihadapi masyarakat, seperti pendidikan dan kemiskinan.(hir)