Maraknya berbagai tayangan yang tidak mendidik belakangan ini mendapat sorotan tajam dari Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Hal ini ditegaskan oleh ketua umumnya Margaret Aliyatul Maimunah saat diterima oleh Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) belum lama ini di Jakarta.
Menurutnya, banyak siaran yang tidak mendidik, seperti iklan salah satu produk mie dimana seorang anak disuruh berbohong oleh bapaknya yang sedang malas ikut kerja bakti. Iklan tersebut menunjukkan adanya pembenaran, pengajaran, dan pembiasaan terhadap hal yang tidak baik, yaitu berbohong.<>
Kedatangan kader putri NU disambut hangat oleh pimpinan KPI, Dadang Rahmat Hidayat selaku ketua KPI beserta anggota lainnya, yaitu Idy Muzayyad dan Azimah. Kehadiran Kader Putri NU di kantor KPI Pusat ini juga mendapatkan apresiasi yang tinggi dari pimpinan KPI karena merupakan OKP pertama yang datang dan akan melakukan sinergi dengan KPI.
Dalam kunjungan tersebut, kader putri NU pun melakukan diskusi dengan jajaran pimpinan KPI terkait dengan bagaimana menciptakan pemirsa yang cerdas dan siaran yang sehat.
Menurut Dadang Rahmat Hidayat, meskipun KPI mempunyai lembaga di daerah, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID), KPI masih membutuhkan adanya aliansi sinergi dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah OKP. KPI tidak mampu mewujudkan siaran yang sehat tanpa keterlibatan masyarakat.
Untuk bisa terlibat, maka masyarakat harus menjadi pemirsa yang cerdas. Begitupun untuk menjadikan pemirsa yang cerdas, KPI juga tidak bisa melakukan sendiri tanpa peranserta masyarakat.
Bagaimana caranya agar masyarakat menjadi pemirsa yang cerdas? ”Masyarakat harus sadar diri dengan control remotenya untuk bisa mengatur dalam mengkonsumsi tayangan yang ada. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan terhadap masyarakat,” tutur Dadang.
Terkait dengan berbagai pemberitaan atau penanyangan TV yang tidak baik karena mengandung pornografi, kekerasan, mistik, dan jurnalisme menyimpang, KPI telah memberikan peringatan dan teguran kepada media yang bersangkutan, imbuhnya.
Azimah, salah seorang pimpinan KPI dari unsur perempuan menyatakan bahwa ia mendukung perlunya ada kaukus masyarakat untuk penyiaran yang sehat. Ia juga mengatakan bahwa kader putri NU dapat menjadi pemirsa yang cerdas dengan mempelajari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), suatu pedoman mengenai apa yang boleh disiarkan dan apa yang tidak boleh disiarkan bagi media.
Setiap individu harus mampu menganalisa tayangan TV dan mau menuangkan analisanya melalui penulisan di surat pembaca berbagai media massa. Sementara, strategi yang dilakukan bersama-sama dapat berupa mendatangi media yang bersangkutan untuk memberikan aspirasinya terkait dengan tayangan TV yang negatif.
Idy Muzayyad, anggota komisioner KPI termuda menambahkan, KPI hanyalah wasit yang memberikan rambu-rambu kepada masyarakat dan media juga melakukan pemantauan terhadap isi siaran maupun sajian informasi yang dianggap merugikan.
”Bahkan kalau tidak ada rambu-rambu, secara tidak sadar masyarakat akan kemasukan racun-racun pemberitaan” kata mantan Ketua Umum IPNU itu.
Ia mendukung IPPNU yang mempunyai kekuatan di 30 propinsi dan 320 kabupaten/kota untuk bersinergi dengan KPI dalam mengawasi siaran TV menuju siaran yang sehat. Ia menegaskan perlunya kader putri NU untuk melakukan audensi dengan media yang menayangkan siaran tidak sehat.
Menyambut pemaparan KPI, Margaret Aliyatul Maimunah menyatakan kesediaannya untuk bersinergi dengan KPI dan kesiapannya menjadi pemirsa cerdas untuk mewujudkan siaran yang sehat.
Ia juga menginginkan adanya sinergi antara Pimpinan Wilayah IPPNU se-Indonesia dengan seluruh KPID. Namun, menurutnya, untuk menjadi pemirsa yang cerdas para kader putri NU tentunya membutuhkan penguatan pemahaman dan penyadaran tentang apakah sebuah siaran baik atau tidak, sesuai dengan P3SPS atau tidak. Untuk itu, para pimpinan KPI perlu memberikan semacam pelatihan kepada kader putri NU mengenai P3SPS sehingga memunculkan sensitifitas kader putri NU.
Menurut Margaret, jika kesadaran dan sensitifitas para kader putri NU sudah tumbuh, maka akan dengan sangat mudah IPPNU melakukan berbagai aksi termasuk melakukan audensi kepada media yang menanyangkan siaran tidak sehat. (nlh)