Jakarta, NU Online
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) diminta menjadi organisasi kader, tidak perlu menjadi organisasi massa apalagi menjadi organisasi politik praktis, cukup Ansor saja yang menjadi organisasi Massa.
Demikian diungkapkan Ketua Umum Tanfidiyah PBNU, KH. Hasyim Muzadi dalam ceramah pembukaan, "Launching Buku Pedoman Pengkaderan IPNU", Pelatihan untuk Pelatih tingkat Nasional dan Diskusi Panel Dialog Tiga Generasi, di gedung PBNU, Jl. Kramat Raya 164 Jakarta, Senin (11/4). Hadir dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, SH, ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama, KH. Nuril Huda dan undangan dari beberapa Ormas pemuda.
<>Perlunya IPNU dan IPPNU sebagai organisasi kader, kata Hasyim untuk memfokuskan diri kepada pembentukan kader-kader di tingkat sekolah untuk membangun kualitas pemikiran, selain itu juga untuk mengurangi kecenderungan organisasi ini ke arah politik praktis. "Biarlah Ansor saja yang menjadi organisasi massa yang massanya banyak, dan IPNU dan IPPNU tetap menjadi organisai kader, karena organisasi massa itu hitung jumlah kepala, sedangkan organisasi kader itu menghitung isi kepala," ungkap mantan Cawapres PDIP ini.
Karena IPNU dan IPPNU, lanjut mantan Ketua PWNU Jatim ini adalah lembaga yang bertugas melakukan kaderisasi di tingkat pelajar, yang terdiri dari siswa dan santri. Pelajar adalah komponen penting bangsa yang harus mendapat pembinaan dan pemberdayaan yang optimal. Tidak adanya konsentrasi pada segmen ini -seperti yang terjadi pada waktu-waktu lalu- membuat organisasi pelajar NU ini tidak memiliki wadah. Implikasinya, banyak pelajar NU yang "membusuk". "Di sinilah IPNU berperan sebagai wadah yang tidak saja menghimpun, melainkan menjadi "rumah" bagi pengembangan kader pelajar NU," papar Hasyim.
Lalu hendak kemana kader IPNU dan IPPNU menuju ?, menjawab pertanyaan ini, Hasyim mengatakan IPNU dan IPPNU harus jadi orang Islam dulu. "Saya minta IPNU jadi orang Islam dulu, jangan hanya Insya Allah Islam," katanya disambut tertawa puluhan peserta pelatihan yang terdiri dari pengurus wilayah dan cabang IPNU seluruh Indonesia yang selama empat hari kedepan akan mengadakan pelatihan di Puncak Bogor.
"Ini penting, karena pengamalan keagamaan bukan hanya sebagai tradisi rutinitas, yang tidak memiliki power dalam kehidupan keseharian tetapi nilai keagamaan yang sesuai dengan Ahlus sunnah wal jama'aah ini yang akan menjadi spirit dan ideologi perjuangan bagi setiap warga IPNU dalam pergaulan bermasyarakat dan berbangsa. Jadi komitmen terhadap nilai-nilai keagamaan harus tetap dipegang dan harus menjadi ciri khas perjuangan IPNU." ujar Hasyim.
Selain itu, papar Hasyim, IPNU dan IPPNU harus menjadi orang Indonesia, menjadi pemimpin bagi diri sendiri, lingkungan dan jenjangnya sesuai dengan kemampuan masing-masing, kemudian menjadi profesional yang berdasarkan dimensi keilmuan, etos kerja dan ahlakul karimah dan terakhir menjadi solusi terhadap masalah yang terkait pada dirinya, masyarakat dan bangsanya.
"Ini tahapan yang harus diperhatikan oleh para kader IPNU dan IPPNU untuk menggagas serta mengembangkan kaderisasinya ke arah profesional, inovatif dan tetap berspiritkan landasan keagamaan. Kalau hal ini dilakukan ke depan baik IPNU maupun IPPNU bisa bersaing dan menempatkan kader terbaiknya di setiap lini dalam konteks berbangsa dan bernegara," papar pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang ini. (cih)