The International Confrence of Islamic Scholars (ICIS) III akan menempatkan perwakilan di di lima kawasan, yaitu Asia Tenggara dan Pasifik, Asia Tengah dan Selatan, Timur Tengah, Afrika serta Eropa dan Amerika.
Hal tersebut merupakan salah satu dari enam poin penataan kinerja dan manajemen ICIS sebagaimana tercantum dalam “Jakarta Message” yang dihasilkan dalam ICIS III di Jakarta, 30 Juli hingga 1 Agustus 2008 lalu. Sementara sekretariat jenderal ICIS tetap berada di Jakarta, Indonesia, di bawah kepemimpinan Nahdlatul Ulama (NU).<>
"Kami akan menggelar ICIS setiap empat tahun sekali, dan di antara waktu itu kami akan menggelar konferensi regional di lima wilayah tersebut," kata Sekjen ICIS yang juga Ketua Umum PBNU KH Hasyim saat penutupan ICIS III di Jakarta, Jumat (1/7) lalu.
Selain itu, ICIS akan membentuk unit khusus untuk masing-masing kawasan dan penunjukan ahli-ahli dalam isu-isu kunci yang penting bagi persaudaraan (ukhuwah), yaitu: penyelsaian konflik, pembangunan ekonomi, keagamaan, pendidikan dan teknologi, media, dan hukum serta hak-hak minoritas.
Menurut Hasyim, para ulama dan cendekiawan muslim harus memiliki keterampilan dasar yang akan memperkuat usaha untuk memainkan peran konstruktif di segala lapisan masyarakat.
"Kita tidak dapat bekerja sendiri, kita harus bekerja sama dengan para profesional, spesialis dan pemangku kepentingan lain yang relevan," ujarnya.
Hasyim mengatakan bahwa para ulama dan cendekiawan muslim harus inovatif dalam setiap upaya pendekatan untuk menyelesaikan konflik di dunia Islam.
ICIS juga akan membentuk lembaga-lembaga kajian (think-thank) untuk melakukan studi dan penelitian untuk isu-isu pencegahan konflik, penyelesaian konflik serta perdamaian paska konflik dan langkah-langkah pembangunan kepercayaan melalui interaksi dengan universitas terkemuka, lembaga penelitian, para ahli dan kaum profesional. (nam)