Warta

Hasyim: Radikalisme dan Liberalisme Sama Bahayanya

Sabtu, 2 April 2005 | 13:56 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa berkembangnya gerakan radikalisme dan ekstrimisme sehingga menimbulkan kekerasan berdasarkan agama maupun liberalisme pemikiran yang menganggap semuanya boleh adalah dua hal yang sama-sama berbahaya.

“Kekerasan berdasarkan agama dapat timbul karena misunderstanding dalam pandangannya terhadap agama, atau kesalahan menggunakan agama atau menganggap persoalan yang bukan agama kemudian diagamakan. Itu yang terjadi di Bali, di Maluku, di Thailand yang baru saya kunjungi, di Sudan, Moro, Irlandia dan sebagainya,” tandasnya dalam ceramah dihadapan kongres Ansor di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.(02/04).

<>

Sementara itu aliran Liberal yang juga sedang berkembang juga membahayakan. “Sekarang banyak orang yang tega mengatakan Rasulullah tidak ma’sum (bebas dari perbuatan salah.red), Qur’an belum selesai, orang laki-laki musyrik boleh kawin dengan muslimah perempuan. Kalau dibiarkan Islam tinggal nama sekalipun orangnya masih lengkap,” tambahnya.

Untuk mengatasi hal tersebut NU memilih jalan tengah, yaitu  tawassuth dan i’tidal, yaitu garis moderasi yang tidak ekstrim tapi sekaligus tidak liberal. Selain itu nilai yang diperjuangkan oleh NU tasamuh (moderat) dan tawazun (seimbang).

Nilai-nilai yang tumbuh di NU sendiri juga mengalami perkembangan dari konsepsi awal yang dicetuskan oleh para pendiri NU. Saat ini NU sudah berumur 79 tahun dimulai dari kepemimpinan KH Hasyim As’ari yang sampai saat ini sudah mencapai tiga generasi. Tentu saja, pewarisan nilai-nilai ini belum tentu lancar dengan adanya pendangkalan dan desakan oleh nilai-nilai dari luar.

“Kita harus membangun kembali akidah, syariah, dan manhaj NU. Akidah kita, syariat kita, keyakinan dan ajaran, manhaj adalah sistem berfikir dan cara pandang kita terhadap agama dalam kaitannya dengan masyarakat dan negara dan dalam kaitannya dengan dunia internasinal,” imbuhnya.(mkf)

 


Terkait