Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi tidak yakin para kiai-kiai akan mendirikan NU tandingan jika Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo tetap mencalonkan dirinya. “Membuat tandingan itu lebih sulit ketimbang membuat yang asli, belum lagi merawatnya. Karena itu saya tidak yakni NU tandingan akan terbentuk,” ujarnya saat halal bi halal dengan wartawan di gedung PBNU, Jakarta
Dijelasakan, pada Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Jogyakarta dan Muktamar NU ke-29 di Tasikmalaya pernah dibuat NU tandingan tapi tidak berumur panjang. Dikatakan, orang ber-NU itu masuk dengan kesadaran pribadi yang tinggi. Mereka tidak bisa dipaksa-paska. “Atas kesadaran dan ketulusan inilah, warga NU sulit untuk komado oleh siapapun,” tambahnya.
<>Sebagaimana diketahui, sejumlah kiai-kiai sepuh NU se-Jawa, Kalsel, dan NTB dalam pertemuan di Museum NU di Surabaya (23/11) yang dipandu KH Anwar Iskandar atau Gus War (Ketua Dewan Syuro PKB Jatim) tidak menginginkan Hasyim kembali memimpin NU. Jika Hasyim Muzadi masih kukuh tetap mencalonkan diri, para kiai membuat lima opsi. Salah satunya adalah mendirikan N U tandingan.
Hasyim Muzadi sendiri yakin, pernik-pernik menjelang Muktamar yang agak panas seperti tuntutan kiai-kiai di atas dapat diselesaikan dengan baik. Menurutnya, NU punya tradisi dapat menyelesaikan persoalan dengan damai. “Perbedaan-perbedaan itu akan redup dengan sendirinya, jika kemauannya sudah tercapai,” katanya.
Dijelaskan, kebiasaan NU itu kalau menyangkut persoalan takrtis dan strategis memang selalu seolah-olah terjadi perpecahan. Persoalan itu, kata Hasyim, bagi NU sudah pengalaman, termasuk wartawan sudah hafal. “Jadi orang NU memang tidak pernah satu pendaptanya terutama masalah kalau masalah itu startegis dan taktis seperti waktu pilpres. Tapi itu berhenti pada berpedaan tidak sampai perpecahan. Setelah Muktamar pasti berjalan sebagaimana biasa,” kilahnya.
Lagipula agenda Muktamar kali ini, lanjut Hasyim Muzadi, sedang mengedepankan Ukhuwah Nahdyiyah. Oleh karena itu, orang yang berbeda pendapat tapi masih dalam payung besar bernama NU, sekalipun pada sektor kepemimpinan yang berbeda. Warga NU yang lintas politik, profesi dan birokrasi, sudah ketemu pada payung besar NU.
Disinggung soal pencalonan dirinya. Hasyim kembali menegaskan dirinya secara resmi belum mencalonkan. “Sampai hari ini saya belum mengamibil keputusan belum mencalonkan secara resmi. Karena sekarang ini kondisinya masih berubah-ubah serta tarik menarik-narik kepentingan yang ujung-ujungnya opini saling menyerang. Nanti saja kalau ada pencalonan resmi baru saya beri tahu,” tandas pengasum pesantren Mahasiwa Al Hikam, Malang ini. (sby)