Jakarta, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyampaikan apresiasi atas terpilihnya kembali Din Syamsuddin sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Terpilihnya Din menunjukkan Muhammadiyah mampu menjaga kehormatan dirinya sebagai penyangga moral.
"Terlepas dari kelebihan dan kekurangan Pak Din Syamsudin, tampilnya kembali beliau untuk periode kedua menunjukkan keteguhan Muhammadiyah dalam menjaga kehormatan jati diri organisasi sebagai penyangga moral tanpa didikte orang lain," katanya di Jakarta, Rabu (7/7).<>
Menurut Sekjen International Conference of Islamic Scholars atau ICIS itu, Muhammadiyah dalam muktamar di Yogyakarta mampu memosisikan diri dan berperilaku layaknya organisasi kemasyarakatan (Ormas) keagamaan.
"Ormas agama bergerak dalam konteks benar atau salah, sedangkan parpol bergerak antara 'dapat' atau 'tidak dapat', sehingga mesti berbagi wilayah secara jelas," katanya.
Selain itu, lanjut Hasyim, kombinasi kepengurusan berdasarkan perolehan suara umat di muktamar menandakan Muhammadiyah milik umat, bukan milik yang lain. (ant/sam)
Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyampaikan apresiasi atas terpilihnya kembali Din Syamsuddin sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Terpilihnya Din menunjukkan Muhammadiyah mampu menjaga kehormatan dirinya sebagai penyangga moral.
"Terlepas dari kelebihan dan kekurangan Pak Din Syamsudin, tampilnya kembali beliau untuk periode kedua menunjukkan keteguhan Muhammadiyah dalam menjaga kehormatan jati diri organisasi sebagai penyangga moral tanpa didikte orang lain," katanya di Jakarta, Rabu (7/7).<>
Menurut Sekjen International Conference of Islamic Scholars atau ICIS itu, Muhammadiyah dalam muktamar di Yogyakarta mampu memosisikan diri dan berperilaku layaknya organisasi kemasyarakatan (Ormas) keagamaan.
"Ormas agama bergerak dalam konteks benar atau salah, sedangkan parpol bergerak antara 'dapat' atau 'tidak dapat', sehingga mesti berbagi wilayah secara jelas," katanya.
Selain itu, lanjut Hasyim, kombinasi kepengurusan berdasarkan perolehan suara umat di muktamar menandakan Muhammadiyah milik umat, bukan milik yang lain. (ant/sam)
