Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan kekerasan dan menebarkan kebencian sesama manusia. Islam juga tak mengenalkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan bermasyarakat.
’Peristiwa di Banten dan Temanggung mengundang keprihatinan bagi bangsa. Ini yang harus diwaspadi jangan sampai terjadi dan menjadi pelajaran bagi umat manusia untuk terus menjaga kerukunan,’’kata Wakil Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Muhammad Yusuf Chudlori, dalam dialog umat lintas agama, di Hotel Puri Asri, Kota Magelang, Rabu (9/2).<>
Dia menambahkan, peristiwa di Temanggung jangan dilihat secara sempit. Tindak kekerasan dan perusakan tempat ibadah di sana, jauh dari karakteristik masyarakat Temanggung.
’Saya sangat faham dan tahu bagaimana karakter masyarakat di sana. Penuh kedamaian dan persaudaraan, jika tiba-tiba ada tindak kekerasan seperti itu harus diusut tuntas siapa dalangnya,’’kata Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo.
Dia mencontohkan, pada saat demo soal tembakau yang melibatkan ribuan petani, berjalan tertib dengan damai. Diantara pendemo tidak ada yang bertindak anarki. Hal ini sangat bertolak belakang dengan, peristiwa demonstrasi di PN Temanggung yang hanya diikuti ratusan orang tapi berakhir tragis.
’Semua pihak harus intropeksi, sejenak membenamkan hati dalam persaudaraan antar umat beragama. Jangan mudah terprovokasi, saya percaya warga muslim di Temanggung cinta perdamaian dan persahabatan,’’kata Gus Yusuf.
Menurutnya, jika mau belajar dari sejarah Rasulullah SAW peristiwa kekerasan di Banten dan Temanggung itu tak seharusnya terjadi. Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, pada saat membuka pidato menggunakan kalimat hai umat manusia bukan hai umat Islam atau umat yang beriman.
’Saat itu Rasulullah menghormati orang-orang non muslim yang ada di Mandinah. Sebagai ungkapan cinta kepada semua umat manusia, bukan hanya umat Islam,’’ujarnya.
Dia menambahkan, Rasulullah juga pernah mengatakan barang siapa yang menyakiti saudara-saudara non muslim, sama saja menyakitinya. Merusak tempat ibadah mereka, lanjut dia, sama saja merusak rumah Rasulullah.
Gus Yusuf berharap persoalan ini bisa diselesaikan tanpa harus menyisakan satu persoalan pun. Karena itu semua pihak harus bersama-sama memberi contoh yang baik hidup rukun dalam toleransi. (sha)