Banjarmasin, NU Online
Tokoh Nahdlatul Ulama yang dikenal pula sebagai adik kandung K.H.Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Solahuddin Wahid (Gus Solah) merasa yakin dirinya sebagai calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Wiranto, Capres Partai Golkar, akan lolos pada pemilu presiden putaran pertama, 5 Juli nanti.
"Berdasarkan peta kekuatan politik saat ini, kami berdua merasa yakin setidaknya akan lolos pada pemilu presiden putaran pertama," kata Gus Solah ketika dicegat wartawan seusai menghadiri silaturahmi ulama, muslimat dan generasi muda NU di Hotel Istana Barito, Kota Banjarmasin, Kamis.
<>Keyakinan itu didasarkan dukungan empat partai, dua diantaranya termasuk partai besar, yang telah menyatakan dukungannya, yakni Partai Golkar sendiri, kemudian disusul Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK).
Tetapi suara yang paling diharapkan akan mampu membawa Gus Solah dan Wiranto menjadi pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia adalah warga NU itu sendiri, yang kini terpencar di partai-partai politik.
Ketika ditanya soal dukungan Gus Dur kepada dirinya, ia menyebutkan walaupun dulu tampaknya tidak mendukung untuk maju sebagai Cawapres, tetapi sikap tersebut kini sudah mulai berubah dan diharapkan kedepan akan mendukung sepenuhnya.
Namun ketika ditanya soal adanya pembakaran kartu pemilih oleh sebagian pendukung Gus Dur, ia dapat memahami kekecewaan tersebut, tetapi tindakan demikian diharapkan tidak akan berlanjut dan masyarakat diminta untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilihan presiden paling demokratis dalam sejarah bangsa Indonesia nanti.
"Pemilihan presiden kali ini merupakan sejarah baru bagi bangsa ini, karena akan ada lima pasang calon presiden/Wapres yang akan dipilih rakyat, padahal sebelumnya tidak banyak pilihan dan beberapa kali pemilihan presiden sebelumnya hanya ada calon tunggal, kemudian baru tahun 1999 ada dua calon presiden," katanya.
Oleh sebab itu, masyarakat harus memanfaatkan moment yang sangat bersejarah dalam pemilihan Presiden Indonesia ini, namun terserah rakyat akan memilih yang mana, yang sesuai dengan hati nurani tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Ketika ditanya munculnya tokoh-tokoh NU sebagai Capres/Cawapres apakah akan memecah-belah kesatuan NU, Gus Solah menyebutkan hal itu tidak mungkin terjadi, karena NU sejak dulu sudah berada di mana-mana, bukan hanya berada di PKB, tetapi juga di PPP, Golkar, PDI-P dan partai lain.
Warga NU terserah ikut partai politik yang mana saja, tetapi sebagai organisas NU tidak boleh berada pada sebuah organisasi yang berpolitik praktis secara langsung. Karena bila NU berpolitik praktis maka akan mengingkari keinginan para pendiri, yakni organisasi masyarakat terbesar tersebut harus selalu berada pada posisi netral.
Menyinggung keberadaan NU di Indonesia, ia menyebutkan tadinya memang tidak terlalu diketahui oleh dunia internasional, tetapi setelah dijelaskan oleh berbagai tokoh NU seperti Gus Dur sendiri, Hasyim Muzadi dan lainnya, dunia internasional kini mulai mengenal NU secara baik dan benar.
NU adalah organisasi yang membawa bangsa ini kepada posisi rahmatan lillalamin, organisasi agama yang moderat yang menjamin kehidupan damai bagi kelompok minoritas dari agama lain.
Dengan posisi NU yang termasuk ormas terbesar tersebut, maka sekarang menjadi incaran dalam kancah pemilihan presiden, sebab hal tersebut dilandasi keyakinan kehadiran NU akan sulit mempersatukan bangsa ini dan tanpa NU maka dipertimbangkan pula akan sulit bangsa ini mencapai kemajuan.
Wajar bila ada anggapan yang menyebutkan bahwa NU bagaikan "intan" yang terpendam yang sekarang mulai memancarkan sinarnya, demikian Gus Solah.(mkf/an)