Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Solahuddin Wahid atau Gus Solah, menyatakan siap dicalonkan menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Kalau ada yang mencalonkan saya (menjadi ketua umum PBNU), saya harus siap, tentu saya tidak bisa menolak," kata Gus Solah usai menghadiri prosesi wisuda sarjana Universitas Nasional Pasim, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/11).<>
Meski demikian, adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu menegaskan bahwa sampai sekarang dirinya tidak pernah untuk mencalonkan diri. "Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya mau mencalonkan," ujarnya.
Perkara itu, tambahnya, diserahkan sepenuhnya pada masing-masing pengurus cabang NU se-Indonesia sebagai pemilik hak suara dalam Muktamar NU yang digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Maret nanti.
Ia mengaku siap dicalonkan jika sedikitnya ada 100 pengurus cabang NU yang mendukung dirinya. "Tapi, itu nanti di Muktamar, tidak sekarang," tandas mantan calon wakil presiden pasangan Wiranto pada Pemilu Presiden 2004 itu.
Tak Berparadigma Politik
Gus Solah memiliki kriteria sendiri untuk figur pemimpin NU masa depan, yang bagi dia, hal itu adalah mutlak. Seorang figur ketua umum PBNU, katanya, harus tidak memiliki paradigma politik praktis, bersih dari orientasi dan kepentingan politik kekuasaan.
"Sebab, kalau berparadigma politik, nanti pasti ada kubu-kubuan (baca: faksi politik), seperti di partai politik. NU kan bukan partai politik, NU adalah organisasi kemasyarakatan," jelasnya.
Selain itu, imbuhnya, figur ketua umum PBNU juga harus sadar dan paham organisasi, memahami organisasi yang akan dipimpinnya.
"Dan, tidak memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi, tidak menjadikan NU sebagai 'batu loncatan' untuk tujuan politik tertentu. Jangan 'mengambil' dari NU, tapi 'memberikan' sesuatu pada NU," terang mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia itu. (rif)