Pengasuh Ponpes Raudhatut Thalibien KH Mustofa Bisri (Gus Mus) bersama dengan para kiai yang tergabung dalam Majma’ al-Buhuts an-Nahdliyah atau forum kajian ke-NU-an melakukan silaturrahmi dengan PBNU, Selasa.
Gus Mus menuturkan bahwa Majma’ al-Buhuts an-Nahdliyah merupakan sebuah forum para kiai NU untuk mengkaji berbagai persoalan yang dihadapi oleh ummat. Forum ini tidak secara formal terkait dengan PBNU, tetapi para kiai yang terlibat didalamnya memberikan saran dan masukan yang diserap dari para warga NU.
<>Beberapa pertemuan antar kiai yang mendasari Majma’ al-Buhuust an-Nahdliyah diantaranya Silaturrahmi Kiai Pesantren pada 10 Februari 2007 yang dihadiri KH Sahal Mahfudz di PP Edi Mancoro, Gedangan Tuntang Semarang dan Pertemuan Kiai Pesantren dan Kiai Thariqah se-Indonesia di Ponpes Al Mubarok Medono Pekalongan Jateng, 22 Mei lalu.
Gus Mus menuturkan bahwa Kiai Pesantren dan Kiai Thariqah merupakan bagian dari NU sehingga merasa terpanggil untuk ikut memikirkan penguatan peranan jamiyyah ini dalam ikut serta mengatasi persoalan bangsa.
Dijelaskannya bahwa saat ini di dunia sedang bergerak tiga ideologi yang saling berebut dominasi, yaitu liberalisme baru, kiri baru, berupa sosial demokrat dan Islam garis keras. Dalam hal ini, kepercayaan masyarakat kepada para kiai pesantren dan kiai tarekat sangat sangat kuat sebagai pilar untuk meredam pengaruh buruk ideologi yang mengkhawatirkan ini.
Beberapa persoalan lainnya yang dikemukakan adalah menguatnya politik praktis, kesenjangan pemikiran kiai sepuh dan kaum muda, menurunnya minat belajar ke pesantren, ledakan ummat di perkotaan dan lainnya.
Dari berbagai persoalan yang muncul diatas, Majma’ al-Buhuts an-Nahdliyah memandang perlu penguatan science dan teknologi dikalangan santri, tidak hanya dikalangan santri, tetapi juga kebutuhan strategis ummat Islam di masa depan.
Gus Mus menuturkan bahwa kebingungan ummat ini bisa dijawab diantaranya dengan menunjukkan keteladanan dan contoh dari para pemimpin yang peduli untuk menemani ummat, kiai mampu mengendalikan diri dan tetap mendampingi ummat, penyiapan generasi penerus pesantren untuk lebih memperkuat politik kebangsaan dan politik kerakyatan melalui pembinaan sejak dini agar tidak murah terseret hanya kepada politik traktis.
Untuk itu, Majma’ al-Buhuts an-Nahdliyah mengusulkan agar Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) memajukan mutu akademis di pesantren-pesantren untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, mengembangkan silaturrahmi para kiai di daerah, peningkatan kapasitas nahdliyyin untuk menjawab tantangan zaman, termasuk kaderisasi kiai di tingkat kabupaten malalu pembentukan kelompok kecil yang mandiri, terlatih dan berkarakter kuat untuk menumbuhan intelektualitas masyarakat dan membangun penetahuan bersama masyarakat dengan berteladankan Walisongo.
Beberapa kiai yang tergabung dalam forum Majma’ al-Buhuts an-Nahdliyah yang hadir adalah KH Mustofa Bisri, KH Dimyati Rais, KH Mahfudz Ridwan, KH Zainal Arifin serta beberapa orang lainnya. (mkf)