Warta

Gaya Militer Di STPDN Harus Dipilah

Senin, 8 September 2003 | 06:21 WIB

Jakarta, NU.Online
Kasus kekerasan di kampus "calon birokrat sipil" yang mengakibatkan tewasnya Wahyu Hidayat (20) mahasiswa (praja) STPDN dikritik sejumlah kalangan, tak kurang  Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Hari Sabarno mengecam sistem pembinaan dengan memakai gaya pendidikan militer di Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN).

"Kita tidak boleh membiarkan dalam sistem pembinaan di STPDN mengadopsi model pendidikan militer. Tidak boleh semuanya diadopsi, harus dipilah dan dipilih," ucap Mendagri di sela-sela kunjungan ke STPDN di Jatinagor,Sumedang, Bandung.

<>

Menurut dia, proses pendidikan di STPDN untuk mendidik mahasiswa menjadi seorang birokrat di pemerintahan."Mestinya itu ditempuh dengan cara-cara yang benar dalam mendisiplinkan mahasiswanya, metodenya harus berbeda dengan cara yang digunakan dan diterapkan dalam pendidikan militer,'' tegasnya.Menyusul tewasnya Wahyu Hidayat (20), mahasiswa (praja) tingkat II STPDN, Inspektorat Jenderal Depdagri bersama pimpinan STPDN dan polisi sedang mengusut peristiwa mengenaskan itu.

Buntut dari peristiwa itu, Ketua STPDN Soetrisno memecat tiga mahasiswanya, yakni Yayan Sophian, Dadang Hadi Surya dan Hendi Setiadi yang diduga terlibat peristiwa mengenaskan itu. Mereka juga diwajibkan membayar ganti rugi sebesar Rp. 580.000 setiap bulan bulan.

"Mahasiswa tersebut telah belajar di STPDN mulai 23 Agustus tahun 2001, dan mereka harus membayar uang sekolah dari sejak mulai masuk sampai sekarang," katanya.


Memukuli Wartawan

Disaat upaya pemecatan tersebut, sehari sebelumnya puluhan polisi praja yang juga mahasiswa STPDN memukuli wartawan foto lepas Koran Tempo Rivansyah Dunda, sewaktu dia hendak memotret prosesi pemecatan itu. Atas peristiwa itu, para wartawan di Bandung mengecam penganiayaan yang dilakukan oleh para mahasiswa di sana.

Juru bicara Forum Aksi Solidaritas Wartawan Bandung, Sulhan Syafeii mengatakan, para wartawan yang datang ke kampus itu berhak untuk meliput pemecatan di kampus itu, apalagi mereka datang karena diundang.

Secara terpisah Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan yang juga lulusan STPDN merasa sangat prihatin atas tewasnya Wahyu di kampus tersebut.Dia mengimbau lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Depdagri itu segera membenahi perangkatnya, tanpa menguraikan perbaikan seperti apa yang harus diterapkan di kampus yang melahirkan para calon birokrat sipil tersebut.

Unjuk rasa

Hari ini, sekitar seratus mahasiswa, tergabung  dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad melakukan unjuk rasa memasuki kompleks Sekolah  Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Jatinangor Kabupaten Sumedang, Senin. Para mahasiswa pengunjuk rasa itu menyatakan rasa keprihatinan terjadinya kekerasan di kampus tersebut yang mengakibatkan tewasnya Wahyu Hidayat (20) mahasiswa (praja) STPDN, kekerasan kepada wartawan. "STPDN tidak pantas melakukan kekerasan dan premanisme",  kata para mahasiswa pengunjuk rasa.

Sebelum memasuki kampus mahasiswa pengunjuk rasa sempat adu mulut dengan bagian keamanan di depan pintu gerbang  STPDN, namun setelah ada lobby mereka diijinkan masuk ke kampus dengan mengelilingi bangun STPDN manuju Balairung STPDN yang saat tengah berkumpul mahasiswa usai menerima ceramah Mendagri Hari Sabarno.

Namun sebelum mereka memasuki balairung (aula) mereka sudah disuruh turun kembali oleh petugas sehingga mereka kembali dan tertahan di depan Gedung Utama Rektorat STPDN. Sementara itu ratusan praja STPDN yang saat itu berkumpul oleh petugas disuruh menyingkir ke barak masing-masing untuk menghindari terjadi bentrokan dengan mahasiswa pengunjuki rasa.(Cih)
    


Terkait