Warta

Gara-gara Beda Pendapat, Ada Satu Masjid dengan Dua Kiblat

Sabtu, 19 Juni 2010 | 10:32 WIB

Jakarta, NU Online
Kepala Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI Muhyidin Khazin menuturkan, kontroversi arah kiblat menyebabkan sebagian masyarakat bingung. Ini terjadi di beberapa masjid yang telah diukur kembali arah kiblatnya.

”Ada di satu masjid yang menyelenggarakan jamaah sendiri sendiri karena beda pendapat tentang kiblat. Yang tua menghadap ke kiblat semula dan yang muda menghadap ke kiblat baru yang telah diukur. Ada juga satu masjid yang menyelenggarakan shalat jamaah tapi hadapnya berbeda-beda,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Sabtu (19/6).<>

Kontroversi arah kiblat ini muncul setelah beberapa elemen masyarakat, termasuk Kementrian Agama, ingin melakukan pengukuran kembali arah kiblat. Kontroversi semakin menguat setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan fatwa bahwa arah kiblat cukup menghadap ke barat dan tidak perlu diukur berdasarkan ilmu pengetahuan.

Muhyidin mengatakan, Kementreian Agama tidak terpengaruh dengan fatwa MUI. ”Kementerian agama jalan terus, baik di tingkat pusat maupun daerah. Selama ada masyarakat yang menginginkan pengukuran ya kita layani. Kita cuma kasih alternatif yang tebaik tapi selanjutnya terserah masyarakat,” katanya.

Sementara itu Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus melakukan sosialisasi pengukuran arah kiblat. Pada momen roshdul qiblat bulan lalu, Lajnah Falakiyah mengajak umat Islam memelopori gerakan meluruskan arah kiblat dengan cara yang sederhana. Roshdul qiblat adalah suatu kondisi dimana matahari tepat berada di atas Ka'bah sehingga semua benda yang berdiri tegak bayangannya akan menghadap kiblat.

Dalam waktu dekat Lajnah Falakiyah juga akan melakukan pengukuran kembali arah kiblat di ruang-ruang shalat kantor PBNU dengan mendemonstrasikan alat ukur kiblat baru yang diberi nama Qibla Finder Mizwa. Alat ini merupakan hasil kreasi dari salah seorang pengurus Lajnah Falakiyah, Hendro Setyanto. (nam)


Terkait