Jakarta, NU Online
Arus informasi yang semakin terbuka terhadap hal-hal yang bersifat pornografi dan masyarakat yang semakin individualistik dan permisif membuat aktifitas seks bebas semakin merajalela, baik di daerah perkotaan ataupun sampai ke pelosok-pelosok negeri
Aktifitas tersebut juga timbuh di daerah kost-kostan yang dihuni oleh para pekerja atau mahasiswa yang biasanya merupakan orang-orang perantauan yang kurang menyatu terhadap lingkungan sekitarnya sehingga banyak kegiatan mereka kurang terdeteksi.
<>IPNU sebagai organisasi kader NU yang membina pelajar merasa perlu memberi bekal kepada para anggotanya dengan mengadakan diskusi seks yang bertemakan “Membincang Fenomena Seks di Kalangan Remaja” bekerja sama dengan toko buku Gunung Agung (11/9). Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut antara lain Iip Wijayanto selaku penulis buku Seks in The Kost, Bambang Sukamto (Pakar Seks & Kesehatan), Cahyono dari Perspektif ke-agamaan, dan Ade Armando (Pengamat Sosial).
Iip dalam bukunya mengungkapkan bahwa 97,05 persen gadis di sebuah kota yang ditelitinya tidak perawan lagi, walaupun kebenaran hasil penelitian ini diragukan banyak pihak, tapi pendapatnya bahwa terjadinya peningkatan persentasi pelaku seks bebas dalam kost-kostan patut dipertimbangkan.
Peneliti muda yang lahir di Bengkulu berpendapat bahwa ketidakperdulian induk semang yang mengawasi aktifitas penghuninya menyebabkan kegiatan seks dalam kost-kostan semakin subur. Ia juga mengungkapkan bahwa peningkatan tersebut bisa disebabkan oleh persaingan antar kost-kostan yang membuat para induk semang semakin toleran terhadap para penghuninya agar tetap mendapat pelanggan.
“Kesempatan itu terjadi karena memang kondisi lingkungan atau kost-kostan dan kontrakan yang terlalu bebas dan bahkan tersedianya kost-kostan yang memang diperuntukkan untuk laki-laki dan perempuan (campur), dimana “induk semang” juga tidak begitu perduli terhadap aktivitas anak-anak kuliahan, juga harga kost-kostan dan kontrakan yang sangat terjangkau,” ungkapnya.
Sementara itu Bambang Sukamto mengungkapkan bahwa terjadinya seks bebas bisa timbul dari situasi yang muncul, misalnya dalam satu acara pesta, para gadis terhanyut dalam situasi tersebut dan tidak tahu apa yang terjadi dan tiba-tiba pada pagi harinya alat kelaminnya terasa sakit. Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat kalangan yang berpendapat bahwa orang-orang yang tidak melakukan kegiatan seks bebas merupakan orang kolot atau tidak modern.
Ade Armando yang merupakan pengamat sosial berpendapat bahwa pengawasan yang kurang dari induk semang menyebabkan kegiatan seks bebas semakin merajalela. Ia memberi contoh ketika kampus UI masih di Rawamangun, kegiatan tersebut cenderung kecil karena adanya pengawasan dari induk semang, namun ketika kampus UI pindah ke Depok kegiatan seks bebas meningkat karena banyak kost-kostan di UI yang tidak ada induk semangnya.
Untuk itu Cahyono, dai sekaligus berprofesi sebagai artis memberi pesan agar para generasi muda lebih berhati-hati dalam menjaga diri agar tidak terbawa dalam kehidupan seks bebas.(rh/mkf).