Jakarta, NU.Online
Harapan serta kerinduan istri dan ketiga anaknya untuk berkumpul kembali dengan Sori Ersa Siregar tinggal kenangan. Ersa, reporter RCTI yang telah ditawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) enam bulan, akhirnya, pulang hanya tinggal nama.
Pria berusia 52 tahun itu ditemukan sudah tak bernyawa setelah terjadi baku tembak antara pasukan Batalyon VI Marinir dan sekelompok pasukan GAM di Desa Malehen, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur, sekitar pukul 12.30 WIB, Senin (29/12) kemarin.
<>Di tubuh Ersa terdapat dua lubang bekas peluru. Pertama, peluru menembus lehernya hingga tengkuk. Satu peluru lagi menembus dada hingga punggung. Namun, hingga tadi malam, belum ada konfirmasi, apakah peluru yang menewaskan reporter andal RCTI itu berasal dari peluru nyasar TNI atau GAM.
Pangkoops TNI Brigjen George Toisutta mengakui, Ersa tewas setelah terjadi kontak tembak antara pasukan patroli TNI dari Batalyon VI Marinir pimpinan Lettu Marinir Samson Sitohang dan GAM.
Menurut Toisutta, peristiwa itu berawal ketika pasukan patroli keamanan dari Marinir menyisir daerah rawa di Kuala Maniham. Di daerah tersebut, jarak pandang sangat terbatas karena tertutup alang-alang dan pepohonan perdu.
Senjata langsung menyalak ketika TNI mengetahui adanya kelompok GAM. Pertempuran berlangsung dalam jarak sangat dekat. Kedua belah pihak, baik GAM maupun TNI, saling menukar peluru. Dalam pertempuran seru itu, keduanya tidak mengetahui kondisi lawan. Sulitnya medan perang membuat prajurit TNI menembak berdasarkan arah tembakan dari GAM.
Dalam pertempuran itu, kekuatan GAM diperkirakan berjumlah 8 orang dengan senjata campuran. Setelah terjadi baku tembak selama 30 menit, pasukan TNI langsung melakukan penyisiran di bekas posisi pasukan GAM.
Pasukan TNI menemukan mayat dua orang. Satu dipastikan anggota GAM, satunya lagi ternyata Ersa Siregar, pria yang telah ditawan pemberontak Aceh sejak 29 Juni 2003.
Bukan hanya itu, TNI juga menemukan empat senjata, sebuah kamera televisi, dan beberapa benda pribadi milik Ersa dan Ferry Suntoro, kamerawan RCTI yang masih ditawan. Empat senjata itu terdiri atas tiga M-16 dan sebuah AK-47. Senjata itu diduga milik GAM yang mundur dalam pertempuran tersebut. Sedangkan kamera itu adalah milik RCTI.
Menurut Jurubicara Koops TNI Letkol CAJ Ahmad Yani Basuki, tewasnya Ersa adalah konsekuensi dari pertempuran. TNI tidak menginginkan adanya korban sipil. Tapi, dalam operasi seperti itu, GAM sering memanfaatkan sandera sipil untuk dijadikan tameng.
Dalam pertempuran di rawa dan semak-semak, kata Yani, jarak pandang menjadi sangat sulit, sehingga posisi Ersa dan Ferry tidak bisa dipastikan.
Lebih jauh dia menjelaskan, pada 28 Desember, Batalion Marinir VI di Pos Simpang Ulim mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa ada sekelompok GAM yang melintas di Kampung Bantaian. Berdasarkan info tersebut, Yon Marinir VI mengirimkan tim Flores dan Dwipangga yang berkekuatan 13 orang untuk mengecek dan mengejar.
Setelah menempuh perjalanan 12 kilometer, pada 29 Desember pukul 01.00, pasukan Marinir menemukan jejak pasukan GAM. Dan, pada pukul 12.30 saat melanjutkan patroli, mereka melakukan pencegatan dan terjadi kontak tembak dengan GAM yang berkekuatan delapan orang.
Ferry Terlacak
Ersa Siregar disekap kelompok GAM bersama Ferry Suntoro (rekan kerjanya sebagai kamerawan RCTI), dua istri perwira TNI, dan sopir mobil mereka, Rahmadsyah, 20. Mereka disekap di Peureulak, Aceh Timur, 29 Juni lalu. Saat itu, mereka baru pulang meliput di Aceh Timur dan hendak kembali ke base camp-nya di Lhokseumawe.
Rahmadsyah berhasil lolos ketika GAM yang mengawalnya melarikan diri saat baku tembak dengan pasukan TNI di sebuah pertambakan di kawasan Jambo Ayee, Kabupaten Aceh Utara, 17 Desember lalu. Sedangkan nasib Ferry dan dua istri perwira tersebut sampai kini belum diketahui.
Dalam penyekapan itu, GAM memisahkan para tawanan tersebut. Misalnya, Rahmadsyah dijaga sembilan anggota GAM yang menggunakan senjata campuran. Demikian juga dengan tawanan lain yang masing-masing dijaga kelompok kecil pasukan separatis tersebut. Karena itu, saat dimintai informasi oleh aparat, Rahmadsyah tak bisa menjelaskan posisi para tawanan lainnya.
Namun, kini muncul dugaan kuat bahwa Ferry berada dalam kawalan kelompok GAM yang melakukan baku tembak dengan TNI saat Ersa tewas. Indikasinya, setelah penyisiran, ditemukan sejumlah barang milik Ersa dan Ferry.
Dengan ditemukannya s