Warta

Eks Tapol PKI Ziarahi Makam Gus Dur

Sabtu, 2 Januari 2010 | 05:02 WIB

Jombang, NU Online
Gus Dur merupakan pembela semua kalangan, para peziarah terus mendatangai makamnya untuk menyampaikan penghormatan. Diantara para peziarah, ada yang mengaku eks tahanan politik (Tapol) PKI (Partai Komunis Indonesia), Jumat (1/1).

"Gus Dur merupakan guru bangsa yang harus kita hormati. Banyak sekali jasa beliau terhadap negeri ini. Seluruh kalangan mampu ia rangkul. Bahkan Gus Dur tidak tabu dengan PKI," kata eks tapol PKI berinisial SM ini usai berziarah.<>

Pria bertubuh jangkung ini mengaku, sebenarnya ia datang saat pemakaman Gus Dur. Namun karena jumlah pengunjung dibatasi, akhirnya ia bersama sejumlah rekannya tertahan di luar pondok. "Akhirnya baru hari ini kami bisa ziarah," tambahnya.

Pria yang pernah aktif dalam organisasi Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) ini punya alasan tersendiri kekagumannya terhadap mantan presiden RI ke-4 ini. Salah satunya adalah kebijakan Gus Dur tentang pencabutan Tap MPR yang melarang paham Marxisme dan Leninisme.

Ia masih ingat, kebijakan itu digulirkan saat itu cucu pendiri NU itu baru saja menjabat sebagai presiden. "Namun sayang, kebijakan Gus Dur itu mendapat tentangan dari berbagai kalangan. Yang pasti kami sangat kehilangan atas meninggalnya Gus Dur. Beliau adalah guru bangsa dan tokoh pluralis," jelasnya seperti dilansir beritajatim.com.

Selain eks tapol PKI, sejumlah peziarah dari aktivis pro-demokrasi juga nampak di ponpes Tebuireng. Mereka merasa kehilangan atas meninggalnya tokoh kotroversial tersebut.

Munasir Huda, mantan tapol orde baru mengatakan, sejak mendengar kabar meninggalnya Gus Dur, ia langsung berangkat ke Tebuireng. Namun karena padatnya pengunjung, ziarah yang ia lakukan harus tertahan sehari.

Pria yang pernah dijerat pasal penghinaan presiden ini menambahkan, Gus Dur merupakan tokoh yang belum ada gantinya. "Bangsa Indonesia kehilangan tokoh besar," ungkap warga asal Kediri ini.

Munasir menceritakan, saat masih menjadi mahasiswa ia kerap berkunjung ke kediaman Gus Dur di Ciganjur. Apalagi setelah dirinya bersama 21 mahasiswa yang tergabung dalam FAMI (Front Aksi Mahasiswa Indonesia) di tangkap presiden Soeharto.

"Saya sering bermain ke Ciganjur meski hanya sekedar untuk diskusi. Saat itu tahun 1994. Yang pasti ketokohan Gus Dur hingga saat ini belum tergantikan," tambah pria yang ditangkap orde baru karena demo menuntut seret Soeharto ke sidang istimewa pada 14 Desember 1994 didepan gedung MPR ini. (mad)


Terkait