Warta

Dubes Thailand Kunjungi PBNU Jelaskan Tragedi di Thailand Selatan

Kamis, 3 Juni 2004 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Duta Besar Kerajaan Thailand untuk Indonesia Atchara Seriputra bersama staffnya Jesda Katavertin melakukan kunjungan ke PBNU Rabu, (2/6) untuk memberikan penjelasan tentang insiden di propinsi selatan Thailand 28 April lalu yang telah menewaskan 112 orang terbunuh.

Atchara menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi bukan karena persoalan antara muslim dan non muslim, akan tetapi mereka adalah para pengedar narkoba yang sama sekali tidak berkaitan dengan masalah agama dan korban yang jatuh bukan hanya dari kalangan Islam, tetapi juga dari kalangan Budha.

<>

Berkaitan dengan persoalan di Thailand Selatan tersebut, para analis mengatakan, situasi di Selatan sangat kompleks, dan separatis, gangster, politisi, dan pasukan keamanan yang korup, kebudayaan tidak adanya hukum, menjadi hal-hal yang memperumit persoalan.

Namun demikian, banyaknya korban tersebut menyebabkan Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak Thailand untuk mengadakan investigasi atas bentrokan yang mengakibatkan hilangnya nyawa lebih dari 100 orang. Pemimpin badan PBB itu, Bertrand Ramcharan, mengatakan, investigasi itu haruslah segera dilakukan dan transparan.

Serangan terhadap pos-pos keamanan Rabu dini hari itu tidak terjadi tiba-tiba. Rangkaiannya telah dimulai sejak awal tahun 2004. Pada tanggal 4 Januari, kelompok bersenjata menyerang pos polisi di Yala, dua personel polisi terluka. Tanggal 22 Maret, bom meledak di gedung pertemuan di Narathiwat, tempat Menteri Pertahanan dan
Menteri Dalam Negeri sedang rapat, satu orang mengalami luka serius. Tanggal 27 Maret, bom meledak di daerah wisata di Sungai Kolok, satu orang luka parah. Tanggal 21 April, seorang personel polisi tewas dan empat warga terluka akibat serangan di dua daerah terpisah di Pattani. Dan, tanggal 23 April, 11 sekolah, telepon umum, dan gedung publik terbakar di Si Sakhon, Narathiwat, dua orang tewas, salah seorang di antaranya personel keamanan.

Provinsi-provinsi di Thailand selatan yang mayoritas penduduknya beragama Islam pertumbuhannya sangat tertinggal bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi Thailand lainnya. Tidak dapat dimungkiri bahwa hal itu menumbuhkan ketidakpuasan yang semakin lama semakin besar terhadap pemerintahan di Bangkok.

Untuk memperbaiki kondisi di daerah tersebut pasca tragedi, kaum Buddhis dan Muslim di Thailand selatan mengadakan doa bersama, Selasa (4/5), untuk memperbaiki hubungan kemasyarakatan yang menjadi kurang baik akibat merebaknya kekerasan, yang bermula dengan serangan pihak separatis terhadap pos keamanan, yang ditanggapi dengan sangat keras oleh pihak militer.

Letjen Pisan Wattanawongkeeree, Komandan Militer Wilayah IV (Selatan), mengatakan, sekarang waktunya melupakan hal yang sudah terjadi di tiga provinsi di bagian selatan Thailand. "Kami di sini untuk merangkul semua pihak, baik Buddhis maupun Muslim," kata Pisan, penganut agama Buddha, pada sejumlah ulama Islam setelah mengadakan acara doa 20 menit di markas regional militer di kota provinsi, Pattani.

Wakil dari PBNU yang menemui tamu tersebut adalah Ketua PBNU Ketua Pelaksana Harian Masdar F. Mas’udi dan Rozy Munir. Kunjungan tersebut berlangsung sekitar 1 jam.(mkf/an)


Terkait