Jakarta, NU.Online
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Haris memprediksi bahwa 60-70 persen politisi lama akan menduduki kursi DPR pusat dalam pemilu 2004. "Sebab mereka duduknya di nomor-nomor atas (nomor jadi)," demikian paparnya dalam Talk Show Akhir Tahun, Cara Cerdas Memilih Politisi Sehat, yang di gelar Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Hotel Alia, Selasa (30/12).
Selain itu, melihat daftar calon anggota legislatif yang sudah diserahkan 24 partai politik, Syamsudin merasa pesimis pelaksanaan pemilu yang akan datang akan menghasilkan perubahan politik yang besar. Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat sebaiknya memilih para politisi yang tidak terkontaminasi politik masa lalu, yakni dari partai-partai baru.
<>Namun, ia mengakui, partai-partai baru tersebut belum siap. "Semestinya (partai-partai baru) tidak usah memaksakan semua daerah pemilihan calegnya lengkap," ujar Syamsudin. Ia mengimbau partai-partai baru itu harus lebih berkonsentrasi pada daerah-daerah pemilihan yang dianggap bisa memberikan dukungan.
Saat ini 24 partai politik peserta pemilu 2004 telah menyerahkan daftar calon anggota legislatif di Komisi Pemilihan Umum pusat. Proses selanjutnya adalah KPU akan memberi waktu dua minggu untuk melakukan penelitian terhadap berkas-berkas yang sudah diajukan sampai diputuskan daftar calon anggota legislatif yang sah.
Dalam kesempatan itu ia juga mengungkapkan bahwa hakikat kegagalan reformasi yang tengah terjadi saat ini karena kegagalan pemimpin sipil dalam mendesain tata pemerintahan yang demokratis, gagal dalam mengelola perubahan dan masih adanya budaya oprtunisme politik di kalangan politisi. Oleh karena itu dirinya setuju dengan gagasan sejumlah LSM yang mendeklarasikan jangan pilih politisi busuk beberapa hari yang lalu. "upaya itu ada untuk mengikis oportunisme politik yang masih bercokol dalam pemerintahan kita," ungkapnya.
Selain itu, katanya masih banyaknya politisi tidak loyal pada rakyat yang memilihnya tetapi lebih loyal pada partainya, kenyataan ini masih mendominasi wajah perpolitikan Indonesia dan semakin membuat partai berjarak dengan konstituennya dalam memperjuangkan aspirasi dan perubahan rakyat, demikian Syamsudin Haris.(cih)