Warta

Dipimpin Kiai NU, Ribuan Jamaah Hadiri ‘Majelis Shalawat Nusantara’

Ahad, 31 Januari 2010 | 13:25 WIB

Jakarta, NU Online
Sekitar 3 ribu jamaah berkumpul di GOR Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan, Ahad (31/1). Dipimpin beberapa kiai kharismatik, jamaah yang mayoritas warga NU dan berpakaian serba putih itu menggelar acara shalawat untuk kedamaian bangsa, yang dilaksanakan Majelis Shalawat Nusantara.

Tampak hadir dalam acara itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), yang juga Ketua Panitia Muhaimin Iskandar, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini, Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan, KH Agoes Ali Masyhuri (Sidoarjo), KH Idris Marzuki (Kediri), KH Aziz Mansyur (Jombang), dan KH Mudjib Khudhori (Jakarta).<>

Menurut Ketua Panitia Muhaimin Iskandar, acara ini digelar sebagai wujud rasa cinta kepada Rasulullah, yang telah banyak berjasa dalam mengubah peradaban umat manusia.

“Beliaulah yang menyelamatkan kemanusiaan, menyelamatkan dan mengantar manusia untuk mendapatkan jalan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat,” kata Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar.

Ditambahkan, kedudukan shalawat sangat utama dalam Islam, bahkan Allah SWT sendiri yang memerintahkannya. Karena itu, sudah sepantasnya, umat Islam senantiasa mengucapkan shalawat kepada beliau.

“Jika Nabi diibaratkan sebuah gelas, ia sudah penuh dengan air putih bersih. Nah orang yang membaca shalawat Nabi ibarat menambahkan air ke dalam gelas yang sudah penuh itu dengan harapan memperoleh luberannya, yakni luberan syafaatnya,” urainya.

Melalui Majelis Shalawat Nusantara, kata Cak Imin, diharapkan para jamaah juga dapat meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh almarhum KH Abdurrahman Wahid  atau Gus Dur. “Gus Dur kan sudah wafat, jadi perlu kita teruskan perjuangan beliau,” tegas keponakan dari Almarhum Gus Dur itu.

Sementara itu, sekretaris panitia yang juga Menteri PDT Helmy Faishal Zaini dalam sambutannya mengatakan, ada makna teramat dalam yang tersimpan dalam shalawat.

“Shalawat itu artinya kasih sayang. Janji Allah, sepanjang di negeri itu ada orang bershalawat dan mohon ampun pada Allah, tak akan ada musibah. Jadi makna shalawat kali ini tak sekadar membaca shalawat, tapi kita ingatkan kepada masyarakat agar benar-benar menjunjung kasih sayang,” terangnya.

Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan jembatan untuk merengkuh kasih sayang Allah SWT, katanya.

Acara ini juga diselingi doa bersama untuk almarhum Gus Dur, yang dinilai telah banyak berjasa dalam membangun kehidupan bangsa yang majemuk dan menjunjung rasa saling menyayangi di antara sesama penganut agama. (nam)


Terkait