Warta

Cari Solusi Damai, Thailand Mulai Dekati Muslim

Senin, 2 Agustus 2004 | 05:14 WIB

Bangkok, NU Online
PM Thailand mengakui bahwa pasukan pemerintah menggunakan kekerasan secara berlebihan ketika menewaskan 112 Muslim di masjid Krue Se bulan lalu. Kini pemerintah Thailand berusaha mencari jalan islah dengan kalangan muslim yang menjadi penduduk mayoritas di bagian selatan. Demikian dikatakan Deputy Prime Minister, Wan Muhamad Noor Matha, di Bangkok seperti dikutip International Islamic News Agency, Senin.

"Pemerintah  mulai mencacari gambaran yang lebih tegas sekitar situasi di Thailand Selatan.Saya berharap dalam waktu dekat keadaan semakin membaik,"jelasnya.

<>

Di tempat berbeda, Perdana Menteri Thailanda, Thaksin Shinawatra mengungkapkan rasa kecewanya sehubungan tindakan kejam aparat keamanan Thailand yang telah membantai muslimin di negara itu beberapa bulan lalu.

Suatu komisi independen minggu lalu menyerahkan laporan kepada pemerintah yang isinya mengecam penggunaan kekerasan secara berlebihan oleh pihak aparat, namun ditegaskan bahwa pihak militer tidak bertindak salah.

Aparat keamanan menyerbu masjid Krue Se dan menewaskan para militan yang hanya bersenjatakan golok dan sepucuk senjata api dalam pertempuran terakhir dalam pemberontakan yang menewaskan 112 orang pemuda dan warga muslim.

Menurut Thaksin, para pejabat keamanan di lokasi kejadian berada dalam posisi sulit karena adanya tuduhan pihak pemuda muslim militan telah mencuri amunisi.  Ia mengatakan bahwa kesabaran dan pelatihan akan membantu menghindari insiden serupa itu di masa depan.

Sebagaimana diketahui, tanggal 29 April lalu, sebanyak 112 warga muslim Pattani dibantai polisi di dalam masjid meski mereka hanya bersenjatakan parang dan golok.

Semenjak munculnya propaganda terorisme, pemerintahan Thailand dilaporkan makin kejam menghadapi umat Islam. Bulan lalu, Thailand dilaporkan mengancam akan menutup beberapa pesantren di kawasan Selatan yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Menurut surat kabar The Nation, 21 buah pesantren di provinsi Yala, Pattani dan Narathiwat di selatan kini terancam ditutup. (MA/io)


Terkait