Makkah, NU Online
Para calon jemaah haji (calhaj) asal Aceh yang baru saja datang dengan Kloter 1 Banda Aceh (BTJ) di Mekkah pada Rabu, pukul 22.50 Waktu Arab Saudi (WAS) terlihat sangat cemas, lelah dan tidak mengetahui nasib sanak keluarga dan kerabat mereka di tanah air.
Kloter pertama calhaj asal Aceh yang ditempatkan di sektor I maktab 7 no gedung 102 itu, mengaku sangat ingin mengetahui kabar dari keluarga di tanah air, karena sanak keluarga mereka di Aceh tidak bisa dihubungi.
<>Kartini, salah satu calhaj asal Aceh yang tinggal di Ulele mengaku meninggalkan suami Hasballah, dan empat orang anak di tanah air. "Saya sangat khawatir akan nasib keluarga karena rumah saya terletak hanya 50 meter dari garis pantai. Kalau ombak sedang besar memang rumah saya terkena banjir," katanya sambil terisak.
Saat berangkat ke tanah suci, rumah Kartini ramai dikunjungi anak-anaknya. Kedua anak perempuannya, Meutia yang tinggal di Lhok Seukon dan Nurita yang tinggal di Sibeureuh datang untuk menemani keberangkatannya.
Cucunya yang baru berumur dua tahun, Nurita dan Meutia yang tengah hamil tua tidak diketahui nasibnya, sementara anak sulung laki-lakinya, Haskari yang tinggal di Sabang juga tak jelas nasibnya.
Harapan satu-satunya bagi Kartini adalah anak laki-laki kedua, Haskani yang tinggal di Cilandak, Jakarta, masih mengetahui keadaan saudara-saudaranya di Aceh dan dapat menghubungkan dirinya.
"Tolong sampaikan pada Haskani bagaimana nasib saudara di Aceh dan beritahu kalau saya baik-baik saja. Saya berharap siapa saja menyampaikan kabar ini pada mereka," ujarnya.
Ia yang masih berpakaian Ihrom memeluk wartawan dan tersedu-sedu ketika dijawab bahwa kondisi Aceh sekitar pantai memang sangat parah dan korban sangat banyak. Ia mulai tenang ketika disadarkan bahwa tidak ada jalan lain kecuali berserah diri kepada Tuhan.
Sementara itu, Hassanuddin (42) serta istrinya yang masih "shock", juga belum mengetahui kabar kedua anaknya yang ditinggalkan bersama adiknya di Kota Banda.
"Sampai saat ini kami belum bisa menghubungi mereka. Kerabat lainnya mengungsi ke Medan," katanya dengan mata menerawang.
Puluhan calhaj asal Aceh lainnya yang mulai datang dengan sejumlah bus, juga terlihat masih menyisakan kerutan tangis dan mata kemerahan.
Kebanyakan dari mereka tidak bisa menghubungi keluarganya di Aceh, tak mengetahui bagaimana rumah dan harta-benda serta tak mengetahui apa yang harus diperbuat, selain pasrah.(an/mkf)