Jakarta, NU Online
Berita-berita tentang bencana Gempa dan Tsunami di Aceh dan Sumatra Utara (Sumut) membuat hati semua mata pemirsa televisi terenyuh dan merintih. Ribuan mayat berjejer di pinggir jalan dan sudut-sudut kota. Berita sedih itu semakin memilukan saat televisi memfokuskan kameranya ke mayat-mayat yang tersangkut di atas puing-puing rumah yang hancur diterjang tsunami. Tubuh-tubuh korban yang tidak lagi bernyawa itu belum terevakuasi. Data terakhir korban tewas yang dilansir salah satu televisi nasional mencapai 30057 jiwa. Jumlah korban sebesar itu mungkin akan terus bertambah, karena masih banyak lokasi yang belum tersentuh tim evakuasi, seperti di Meulaboh, atau di Pulau Simeulue.
Tak tahan menyaksikan berita memilukan itu, sejumlah organisasi sosial dan organisasi kemahasiswaan membuka Posko Untuk Korban Bencana. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta termasuk salah satu perguruan tinggi yang turut menggalang dana kemanusiaan untuk korban Bencana Aceh dan Sumut.
<>“Awalnya kami tidak tahan melihat berita-berita bencana di televisi, karena itu kami bikin rapat dengan teman-teman pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa STAINU pada hari Senin, (27/12) di Graha PBNU,” jawab Amron Zamzami, koordinator Posko Bencana BEM STAINU Jakarta kepada NU Online, Rabu (29/12).
Sementara itu, Presiden BEM STAINU Muhammad Rum menyampaikan pernyataan duka atas musibah yang menimpa bangsa Indonesia di Aceh dan Sumut.
“Bencana alam “Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami” sedang melanda saudara-saudara kita di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004, bencana ini juga melanda saudara-saudara kita di Srilangka, India, Thailand, Maladewa dan Malaysia. Sedikitnya 20.000 orang yang meninggal akibat bencana ini,” tulis Muhammad Rum dalam releasenya.
Lebih lanjut, dalam release resmi itu dinyatakan,”Dalam sejarah Indonesia ini adalah bencana terbesar yang dialami bangsa kita yang telah merenggut nyawa ribuan orang, mereka kehilangan tempat tinggal, terpisah dengan orang-orang yang dicintai dan masih banyak lagi yang sampai sekarang belum diketemukan,” tulis Muhammad Rum.
Karena itu, ungkap release itu, sepatutnya ktia sebagai keluarga besar bangsa Indonesia yang terangkai dalam satu ikatan tali persaudaraan, ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang sedang menderita dilanda bencana.
“Mari kita ulurkan tangan untuk meringankan beban saudara-saudara kita dengan memberikan bantuan berupa uang atau barang yang bermanfaat (pakaian layak pakai, mie instan dll.) karena bantuan anda sangat erarti bagi kehidupan saudara-saudara kita,” seru ketua BEM STAINU kepada warga masyarakat.
Bagi warga masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan, STAINU meminta dikirimkan ke Posko Bencana BEM STAINU di depan Graha PBNU di Jalan Kramat Raya 164, atau kalau dalam bentuk uang bisa ditransfer ke Nomor Rekening BCA 4900045617 A.n. Aris Adi Laksono.
Meski sudah STAINU telah membuka Posko, BEM perguruan tinggi milik PBNU ini tak mau hanya menunggu, secara bergantian sejak kemarin, mereka menggalang sumbangan di jalan raya depan kampusnya.
“Kebanyakan yang menyumbang mereka yang mengendarai mobil-moblil pribadi, tapi ada juga dari para pengendara motor,” tutur Amron Zamzami koordinator Posko BEM STAINU.
Menurut Zamzami, selain dari memungut sumbangan di lampu-lampu merah, juga ada yang langsung mengantar sumbangan untuk Aceh dan Sumut, mereka menyumbang bungkusan pakaian dan uang sejumlah tiga ratus ribu rupiah, mereka itu dari Bekasi.
“Rata-rata para pengendara mobil dan motor antusias, khusus kemarin saja, sudah terkumpul Rp 2 juta. Kalau sekarang, belum turun lagi, karena masih harus menunggu hujan redah,” kata Zamzami yang ketika diwawancara hujan lebat masih mengguyur Jakarta.
Keberhasilan Posko BEM STAINU dalam menggalang dana dalam sehari sebesar Rp 2 juta dibenarkan oleh Bendahara BEM STAINU, Arruhul Izza. Menurut Izza, jumlah dana yang berhasil dikumpulkan kemarin mencapai Rp 2 juta.
Tekad tidak mau berpangku tangan menyaksikan saudara-saudaranya di Aceh dan Sumut menjadi korban gempa dan tsunami, membuat BEM STAINU akan terus menggalang dana sampai awal tahun baru.
Menurut Zamzami, uang yang berhasil dikumpulkan nanti akan disatukan ke lembaga PBNU yang ditugaskan untuk mengirimkan dana sumbangan untuk korban-korban bencana.
Menurut ketua Posko ini, agar tidak mengganggu perkuliahan, dari total 20 pengurus BEM STAINU, dibagi ke dalam dua sift untuk menjaga Posko dan menggalang dana langsung di jalan-jalan. Sehingga untuk pagi hingga tengah hari penggalangan dan penjagaan posko berjumlah 10 orang mahasiswa, termasuk untuk sore hari. (dul)