Warta

Bangsa Ini Enggan Wujudkan Amanat Konstitusi

Kamis, 1 Januari 2004 | 06:38 WIB

Jakarta, NU.Online
58 tahun bangsa Indonesia merdeka, namun tragisnya bangsa ini tampaknya enggan mewujudkan amanat konstitusi untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, kata budayawan Mohamad Sobary, menjelang pergantian tahun di TIM Rabu malam (31/12).

"Sudah saatnya kita berterus terang saja bahwa negara tidak bisa melaksanakan amanat konstitusinya," katanya dari panggung di dalam pusat kebudayaan itu.

<>

Dia mengatakan negara ini sudah begitu sesak dengan masalah multidimensi yang saling terkait, sehingga nyaris tidak bisa ditemukan lagi ujung dan pangkal masalahnya. Kemudian juga soal ketidakseriusan pemerintah transisi untuk memberantas kasus korupsi, memburuknya citra anggota parlemen, tidak adanya sense of crisis dari anggota kabinet, hanyalah sebagian dari perilaku paradoksal tersebut. Meski menduga karakter bangsa seperti ini hanyalah anomali, Sobary berpendapat bahwa dampak dari perilaku paradoksal itu negatif bagi kehidupan bangsa.

Dalam orasi akhir tahun 2003 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta itu, Sobary mengatakan kebudayaan politik Indonesia selama ini sudah terlalu memanjakan kaum berpunya yang maunya merampok kekayaan negara seenak-enaknya. Sementara rakyat dirampas hak-haknya untuk mendapatkan perbaikan hidup, baik dibidang ekonomi, sosial, pendidikan, dan pemenuhan hajat-hajat dasar mereka.

"Kita bisa melihat bahwa keadilan tidak pernah singgah di rumah anak-anak jalanan. Selama ini kita selalu suka bereufimis dengan mengatakan anak-anak gelandangan itu sebagai ’anak yang kurang beruntung," katanya.

Akumulasi dari perilaku itu kemudian juga membuat kemunduran bangsa, baik dari segi pembangunan ekonomi maupun pengembangan kualitas sumber daya manusianya. ketua LKBN Antara ini lantas mengutip hasil Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tahun 2000 yang menempatkan indeks pembangunan kemanusiaan (human development index) Indonesia pada peringkat ke-109, sementara Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand bergerak pada peringkat ke-24 hingga ke-34.

Sementara itu menjelang detik-detik pertama 2004, Taman Ismail Marzuki yang diresmikan keberadaannya oleh Gubernur DKI Ali Sadikin, mengadakan Malam Tutup Tahun yang diusahakan menjadi malam keriangan masyarakat umum. Pada saat itu masyarakat umum bisa bergembira segembira-gembiranya di sana merayakan pergantian tahun.

Pengelola Taman Ismail Marzuki menyediakan acara komedi putar, warung-warung hiburan, seni pertunjukan bernuansa kritik sosial, kios ketangkasan, dan panggung-panggung kesenian. Panitia juga menghadirkan wayang Betawi, monolog oleh Didi Hasyim, Kelompok Sahita Solo, Sanggar Matahari, seniman sajak Saut Sitompul, dan Jose Rizal Manua (cih)


Terkait