Warta

Bahtsul Masail Mendinamisir Peran Ulama

Kamis, 21 Juli 2005 | 07:57 WIB

Jakarta, NU Online
Bahtsul masail atau pengkajian masalah-masalah Islam terus digiatkan PWNU Lampung. Hal ini dilakukan untuk mendinamisir pemikiran ulama dan intelektualisme warga NU. Demikian diungkapkan Ketua PWNU Lampung, KH.Khairudin Tahmid kepada NU Online, Kamis (21/7) menanggapi peran ulama dan pesantren di tengah-tengah perkembangan zaman.

"Bahtsul masa'il baik yang dilakukan di pesantren maupun di lingkungan NU sangat penting dilakukan, untuk mendinamisir pemikiran ulama, karena dari situlah intelektualisme atau keulamaan NU berkembang," ungkapnya.

<>

Dijelaskan Khairudin, antara NU dan tradisi pesantren dipertemukan dalam aktivitas Bahsul masail. Makanya, lanjut lulusan pesantren di Jombang ini, tidak aneh kalau dalam momentum perhelatan muktamar yang menjadi fokus perhatian adalah keputusan bahtsul masa'il NU. "Hingga kini tradisi itu tetap dipertahankan dalam setiap acara ke-NU-an, mulai dari lavel tertinggi yakni muktamar sampai istighasah di ranting-ranting NU, bahtsul masa'il selalu mendapat tempat," paparnya.

karena itulah, PWNU Lampung pasca muktamar ke-31 di Boyolali, terus menerus menggiatkan forum bahtsul masa'il sampai ke tingkat ranting NU. "Sekarang ini setiap minggu anak cabang dan ranting  menyelengarakan acara tersebut, yang kemudian diangkat ke bahtsul masa'il level wilayah yang diselenggarakaan tiga bulan sekali. Ini berarti ranting, anak cabang dan cabang juga menyelenggarakan hal serupa. Belum lagi kalangan pesantren sendiri secara rutin juga menyelenggarakan kegiatan ilmiah tersebut," kata lulusan IAIN Raden Intan Lampung ini.

Mengenai tema, dia mengatakan PWNU tidak menentukan tema, karena mencoba mengangkat persoalan yang terjadi di masyarakat paling bawah, yaitu ranting, sehingga yang diangkat adalah aspirasi mereka. "Walaupun kebanyakan dirumuskan oleh ulama dan pengurus tingkat desa, tetapi persoalan yang diangkat juga tidak kalah mendasar. Misalnya soal hukum mendapatkan hadiah Kuis SMS, perawatan jenazah dengan penguburan massal, soal tradisi kirim doa, termasuk isu kontemporer tentang munculnya kegiatan sembahyang jum'at dengan imam wanita," paparnya menyudahi pembicaraan.(cih)


Terkait