Sana’a, NU Online
Meskipun penggabungan bursa negara-negara monarkhi kaya minyak Teluk masih sebagai wacana, namun sejumlah analis ekonomi Teluk berharap agar wacana itu bisa direalisasikan pada saat penyatuan mata uang pada 2010.
Sejumlah ekonom Teluk menilai bahwa Bahrain paling tepat sebagai pusat bursa Teluk yang asetnya bernilai lebih dari satu triliun dolar itu, apabila mimpi penyatuan bursa menjadi kenyataan, lapor pers Bahrain Senin (6/8).
<>"Dilihat dari pengalaman dalam penangan bursa, Bahrain memang lebih tepat sebagai pusat bursa senilai satu triliun dolar lebih ini. Tapi melihat dari kekuatan pasar, Saudi dan Kuwait juga bisa menjadi alternatif," kata analis ekonomi, Osama Leith.
Sebagian analis Teluk menilai bahwa penyatuan bursa bisa direalisasikan apabila ada kemamuan politik jelas dari pemerintah enam negara anggota dan bank-bank sentralnya. "Isu ini telah dibahas sejak lama, namun belum ada upaya nyata," kata Osama Muin, analis lainnya.
"Langkah awal menuju penyatuan tersebut dengan cara privatisasi bursa di seluruh Teluk dan pembentukan perusahaan khusus untuk mengatur perjalanan bursa, disamping penyatuan perundangan dan peraturan," kata Dr Jasem Al-Ajmi, analis Teluk lainnya seperti dikutip kantor berita Kuwait (Kuna) belum lama ini.
Menurut Al-Ajmi, penyatuan bursa Teluk akan membawa keuntungan besar dari segala sisi dan Bahrain lebih tepat sebagai markas besarnya karena memiliki sarana infrastruktur paling memadai.
Keenam negara kaya minyak Teluk yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yakni Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab (UAE) mengagendakan 2010 sebagai tahun penyatuan mata uang mereka. (ant/sin)