Warta

AS Perintahkan Para Diplomatnya Tinggalkan Belgrade

Sabtu, 23 Februari 2008 | 01:00 WIB

Washington, NU Online
Sejumlah diplomat penting di Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Belgrade diminta meninggalkan Serbia oleh pemerintah AS yang mengeluhkan kegagalan Serbia untuk melindungi kedutaan besarnya dan negara-negara Barat lainnya dari amuk massa nasionalis Serbia.

Kementerian Luar Negeri AS, Jumat (22/2), memerintahkan evakuasi terhadap para diplomatnya dan keluarga mereka, sehari setelah massa nasionalis melakukan aksi penyerangan ke kedutaaan besar AS di Belgrade sebagai respon atas dukungan AS dan negara-negara Barat lainnya terhadap kemerdekaan Kosovo.<>

Kementerian Luar Negeri AS juga mengingatkan warganya akan adanya kemungkinan resiko melakukan kunjungan ke Serbia atau yang tinggal di negara tersebut.

Menlu AS, Condoleezza Rice, Jumat, mengatakan bahwa Serbia berkewajiban untuk melindungi misi-misi diplomatik. "Kami sudah sangat gamblang menjelaskan kepada pemerintah Serbia bahwa kami tidak menginginkan (aksi penyerangan) itu terjadi lagi," terang Rice seperti dilansir sumber Associated Press.

Sejumlah pejabat AS mengatakan, warga Amerika dan para pegawainya berada dalam bahaya saat kerumunan massa menyerbu Kedutaan Besar AS. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri melaporkan, ada 14 pegawai di kedutaan besar dan semuanya selamat.

Dilaporkan, kurang lebih 150.000 warga Serbia, Kamis kemarin, bertindak anarkis di luar gedung parlemen, menentang deklarasi kemerdekaan Kosovo. AS, Inggris, dan Jerman termasuk di antara negara yang mengakui kemerdekaan Kosovo. Sejauh ini, 23 dari 27 negara anggota Uni Eropa mendukung kemerdekaan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

Sebelum pecahnya peristiwa tersebut, para pengunjuk rasa terus mendengungkan, "Kosovo adalah hati Serbia." Mereka juga mendengarkan pidato emosional yang menentang pemisahan wilayah itu. Insiden kekerasan serta pembakaran tersebut merupakan wujud ketidakrelaan warga Serbia bila Kosovo terpisah dari wilayah mereka.

"Kita harus menentang kemerdekaan palsu ini. mengambil Kosovo dari Serbia layaknya mengambil kaki, lengan, atau bahkan anak kami," ujar Vesna Vujacic, guru berusia 54 tahun. (dar)