Warta

Anak-Anak Muda Gelar Workshop Pelajar Lintas Iman untuk Perdamaian

Ahad, 26 Juni 2011 | 09:25 WIB

Bogor, NU Online
Indonesian Young Moslem Club, kelompok kader muda International Conference of Islamic Scholars (ICIS) mengadakan Workshop Pelajar Lintas Iman selama empat hari, Jumat – Senin (24-27 Juni 2011) di CICO RESORT Conservation Education Lifestyle Jl. Tumenggung Wiradiredja No. 216  Cimahpar, Kab. Bogor.

Miftahul Huda, Koordinator Program workshop ini mengatakan inisiasi acara bermula dari keprihatinan terhadap beberapa penelitian lembaga survei yang menyebutkan sebagian besar pelajar setuju aksi radikalisme atas nama agama.
<>
“Sudah saatnya pelajar turut berperan serta dalam isu perdamaian. Meski kami tidak berharap workshop ini dapat menjadi conflict resolution atas beberapa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, setidaknya ini adalah bagian dari conflict prevention. Pelajar harus sudah mulai memahami pentingnya rasa saling percaya satu sama lain. Kegiatan ini sekaligus memperkuat nilai-nilai empat pilar bangsa ini,” ujarnya.

Acara pada hari pertama diawali dengan kunjungan ke dua tempat, yakni ke Gereja Katedral Kota Bogor dan ke kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kab. Bogor. Peserta kunjungan yang juga sekaligus peserta worskhop ini berjumlah sekitar 60 orang pelajar dan anak muda dari berbagai agama; Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

Dalam kunjungan tersebut, peserta workshop berkesempatan melakukan dialog langsung dengan pimpinan Katedral Romo Benyamin Sudarto. Peserta bertanya banyak hal mengenai peranan lembaga keuskupan dalam memelihara perdamaian di kawasan Bogor. Peserta juga diajak memasuki gereja dan dijelaskan tentang ornamen-ornamen gereja beserta filosofi di dalamnya.

“Saya baru pertama ini masuk gereja dan senang bisa kenal dengan teman-teman yang berbeda agama,” kata Shella, peserta pelajar beragama Konghuchu.

Romo Benyamin menyambut baik kedatangan peserta workshop ini dan berharap semakin terjalin persaudaraan dan perdamaian antar agama. “Kunjungan ini adalah bagian dari dialog kehidupan yang selama ini kita lakukan untuk kerukunan bersama,” ujarnya. Pihak gereja Katholik juga mengirimkan peserta untuk bergabung dalam workshop tersebut.

Kunjungan kedua ke kantor PCNU Kab. Bogor disambut langsung oleh jajaran pengurusnya. Romdloni, Ketua PCNU, bahkan melihat workshop ini sangat konstruktif dalam upaya memperkuat peran anak muda dalam kerukunan dan toleransi antar agama.

“Ini bertepatan dengan acara ultah lembaga kami, sehingga kami juga undang para tokoh agama, yakni kiai dan pendeta untuk berdialog bersama,” katanya.

Workshop ini terjalin atas kerjasama ICIS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI. Dalam pembukaan acara pada Sabtu (25/6), hadir Direktur Eksekutif ICIS Dr. Nashihin Hasan dan peneliti dari Puslitbang Zaenal Abidin. Dalam sambutannya, Nashihin mengatakan pelajar merupakan elemen penting yang menjadi nantinya akan bibit-bibit penerus kerukunan lintas iman. “Perdamaian adalah concern ICIS selama ini. Belum lama ini kami juga dihadiri oleh para pendeta dan Romo dari berbagai gereja yang sharing mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi,” katanya. 

Sementara Zaenal dalam prakatanya akan menjadikan workshop ini sebagai role model untuk program-program Puslitbang ke depan, khususnya untuk segmentasi pelajar. “Puslitbang sudah beberapa kali melakukan peacemaking di berbagai daerah. Workshop ini penting karena segmentasi pelajar juga perlu digarap intensif, di samping para aktivis lintas agama dan lembaga keagamaan lainnya,” kata Yusuf. 

Para pemateri yang mengisi acara di antaranya Dr. Agus Mulyana (alumnus Leeds University, Inggris), Dr. Arif Zamhari (Deputi Direktur Eksekutif ICIS), Inayah Wulandari (putri bungsu alm. Gus Dur), M. Badi’ Zamanil Masnur (Kriminolog dan Psikolog Pelajar UI), dan beberapa lainnya.  Materi yang disampaikan di antaranya mengenai perbedaan sebagai sumber kekuatan, peranan pelajar memelihara perdamaian, dan visi-misi anak muda menuju kehidupan keagamaan yang toleran.

Redaktur: Mukafi Niam


Terkait