Warta

Ahmad Dairobi: Santri Harus Belajar Menulis dengan Keras

Kamis, 9 Desember 2010 | 07:36 WIB

Bandung, NU Online
Dunia penerbitan di Pesanten Sidorgiri perkembang dikarenakan para santri belajar keras tentang dunia penulisan, otodidak, dan bersabar dalam proses kepenulisan.

Demikian dikatakan Ahmad Dairobi, salah seorang pembicara dalam acara Pelatihan Asistensi Kiai NU di Bandung akhir pekan kemarin. “Prosesnya bisa dimulai dari menerbitkan majalah dinding,” cerita Dairobi.<>

“Lalu meningkat pada buletin, lantas dan majalah. Pesantren Sidogiri bisa menerbitkan sepuluh macam majalah karena ada santri-santri yang berpihak yang mau belajar jurnalisitk secara otodidak dan dorongan pengasuh pesantren,” ungkap ustadz muda ini.

Ahmad Dairobi menjelaskan empat hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendampingan kiai. Pertama, niat yang tulus dan komitmen moral untuk jujur. "Pendamping mesti terlepas dari kepentingan-kepentingan tertentu yang tidak ada kaitannya dengan khidmah dan ilmu," tegasnya.

Kedua, kata Dairobi, memiliki semangat talabul-ilmi dan nasyrul-ilmi. Dia menjelaskan banyak di sekeliling kita banyak sekali pernyataan ulama yang memiliki nilai biasa-biasa saja pada masa hidupnya, tapi akan memiliki nilai yang sangat tinggi pada masa-masa yang akan datang.

Ketiga, adanya keseimbangan antara semangat menggali dan kepatuhan terhadap etika hubungan guru-murid. Dalam hal melakukan dokumentasi dan kodifikasi terhadap pemikiran seorang ulama, pendamping ulama bisa mengambil posisi aktif, bisa pula mengambil posisi pasif.

"Yang keempat, memiliki skill dalam membuat karya yang inovatif. Ini butuh keberanian dan belajar keras," pungkasnya. (yy)


Terkait