Taushiyah

Masukan dan Saran dari Forum Majma' al-Buhuts an-Nahdliyah

Rabu, 1 Agustus 2007 | 05:45 WIB

Masukan dari para kiai yang tergabung dalam Majma' al-Buhuts an-Nahdliyah (Forum Kajian Ke-NU-an) yang diwakili oleh KH Mustofa Bisri, KH Dimyati Rais dan KH Mahfudz Ridwan dalam pertemuan dengan PBNU, Selasa, 31 Juli 2007 di Gd. PBNU.&l<>t;/em>

Para Kiai Pesantren telah mengadakan serangkaian pertemuan silaturahmi. Pertama, di PP Alhamdulillah Kemadu Rembang pada hari Rabu, 12 Jumadil Ula 1425 bertepatan dengan 30 Juni 2004; Silaturahmi Dengan Rais 'Aam Nahdlatul Ulama Dan Do'a Bersama untuk Indonesia. Kedua, pada hari Ahad 27 Rajab 142512 September 2004 di PP Raudlah At-Thahiriyah Kajen Pati dengan pengarahan AI Mukarram DR. KH. MA Sahal Mahfhdh dengan nama acara Jagongan Atawa Kongkow-kongkow: Nahdlatul Ulama ke Depan Menurut Saya. Ketiga, di PP Raudlatut-Thalibien, Leteh Rembang pada tanggal 9 Rabi'ul Awwal 14278 April 2006. Keempat, bersama AI-Mukarram DR. KH. MA Sahal Mahfudh di PP Edi Mancoro, Gcdangan Tuntang. Kabupatcn Semarang dalam acara Silaturrahmi Kiai Pesantren: Ulama Sebagai Penggerak Simpul Panduan Utama Bangsa Bagi Kemaslahatan Umat pada hari Sabtu, 22 Muharram 142810 Februari 2007.

Menindaklanjuti pertemuan-pertemuan tersebut, maka Kiai-kiai Pesantren bersama Kiai-kiai Thariqah se-Indonesia menyelenggarakan lagi pertemuan Silaturahmi Ulama Pesantren & Kiai Thoriqah se-Indonesia di Pesantren AI-Mubarok Medono Pekalongan Jawa Tengah, 5 Jumadal Ula 1428 H22 Mei 2007 M.

Dari pertemuan-pertemuan tersebut terekam sejumlah masukan berharga; antara lain pentingnya melanjutkan dan meningkatkan tradisi silaturahmi terutama di kalangan para Kiai sesuai dengan Khittah Nahdlatul Ulama sebagaimana ditekankan oleh AI-Mukarram DR. KH. MA Sahal Mahfudh baik selaku pribadi maupun Rais 'Aam PBNU.

Masukan-masukan berharga lainnya di forum ini adalah:

A.     Definisi Situasi

I. Kiai Pesantren dan Kiai Thariqah merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama sehingga merasa terpanggil untuk ikut memikirkan penguatan peranan jam'iyyah ini dalam ikut serta mengatasi persoalan bangsa. Apalagi bila diingat bahwa mayoritas bangsa Indonesia adalah Kaum Muslimin dan mayoritas Kaum Muslimin Indonesia adalah nahdliyyin.

2. Dewasa ini di dunia sedang bergerak tiga ideologi yang saling berebut dominasi yaitu: liberalisme baru, kiri baru (sosial demokrasi), dan Islam garis keras.

3. Kepercayaan masyarakat intemasional kepada para Kiai pesantren dan Thariqah di Indonesia sangat kuat sebagai pilar untuk meredam pengaruh-pengaruh buruk ideologis yang mengkhawatirkan itu.

4. Lapangan ibadah dan perjuangan dirasa semakin dipersempit, sehingga banyak hal yang perlu ditangani justru ditinggalkan.

5. Akhir-akhir ini terdapat kesan menguatnya perhatian kepada politik kekuasaan (politik praktis), pada saat yang sama politik kebangsaan dan kerakyatan mulai diabaikan.

6. Al-Muhafadhah 'alal-qadimis-sholih wal-akhdzu bil-jadid al-ashlah dalam prakteknya belum seimbang antara segi "muhafadhah" dan "akhdzu"-nya.

7. Masih dirasakannya kesenjangan pemikiran antara Kiai sepuh dan kaum muda, terutama karena belum terbangunnya kesatuan pemahaman terhadap perbedaan wacana dan fatwa.

8. Daya tarik pesantren cenderung menurun di banyak daerah karena berbagai sebab dari dalam maupun dari luarnya.

9. Generasi muda pesantren ditengarai banyak yang masih membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ahlu Sunnah wal-Jama'ah.

11. Semakin banyak warga masyarakat yang berminat untuk mengikuti thariqah sebagai upaya memperkuat spiritualitas, tetapi di perkotaan dan di pedesaan masih menunjukkan jauhnya praktek spiritual dari thariqah yang sebenamya.

12. Ledakan ummat di perkotaan sampai saat ini masih menjadi persoalan yang belum dapat diselesaikan secara dialogis.

B.     Pelajaran/Hasil Muhasabah

l. Penguatan sains dan teknologi bagi kalangan santri semakin mendesak, tidak hanya untuk menjawab masalah turunnya daya tarik pesantren, melainkan juga karena kebutuhan strategis ummat Islam di masa depan.

2. Silaturrahmi ini lebih pas untuk menjembatani para Kiai dan dapat memperjelas hubungan antara NU dan forum silaturrahmi kiai-kiai.

3. Hubungan antara Kiai dengan politik dan partai politik perlu diperjelas (Keputusan Muktamar NU dl Yogyakarta, 1989 tentang Sembilan Pedoman Berpolitik). Politik: 1) politik kebangsaan, membangun dan meneguhkan NKRl; 2) politik kerakyatan, memihak rakyat; dan politik kekuasaan.

4. Kiai harus bisa mengendalikan umat diri agar tetap dapat mendampingi ummat.

5. Penyiapan generasi penerus pesantren untuk lebih memperkuat politik kebangsaan dan politik kerakyatan melalui pembinaan sejak dini agar tidak mudah terseret hanya kepada politik kekuasaan (politik praktis).

6. Thariqah merupakan benteng spiritual penting bagi bangsa. Indonesia, perlu, dijabarkan nilai-nilai dan aktualisasinya di antaranya untuk menjawab persoalan-persoalan sosial dan kemerosotan moralitas.

7. Pengarus-utamaan ajaran-ajaran Ahlussunnah wal-jama'ah melalui upaya terus menerus dengan media cetak, media digital, buku pelajaran, dan penerapan dalam praktek hidup sehari-hari.

8. Kebingungan umat bisa dijawab antara lain dengan menunjukkan keteladanan dan contoh dari para pemimpin yang peduli untuk menemani umat.

9. Umat mengharapkan teladan para Kiai dan ulama NU yang rela memulai dari diri beliau sendiri dalam mengembangkan thariqah, pesantren, Nahdlatul Ulama, dan RMI.

10. Dalam kegiatan dakwah dan tarbiyah juga penting untuk disegarkan refleksi atas keteladanan para pendahulu, seperti:

·        Imam Abu al-Hasan 'Ali as-Syadzili; terkait dengan ketekunan, kepedulian beliau kepada sesama, dan pembangunan ekonomi.

·        Para ulama, fuqaha', dan hukama' sekaligus ilmuwan yang telah meletakkan dasar-dasar pengembangan sains dan teknologi untuk meningkatkan mutu kemanusiaan dan kemajuan umat manusia.

C. Rumusan Tindakan yang Diusulkan

1. RMI memajukan mutu akademis di pesantren-pesantren untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

2. RMI perlu mengembangan silaturrahmi para kiai di daerah-daerah agar hasil pertemuan ini dapat terjabar ke dalam program-program pengembangan pesantren.

3. Buku-buku tentang akhlaq karimah perlu diperbanyak di kampus-keras.

4. Kaderisasi Kiai perlu diperkuat di tiap kabupaten dan kota; dapat dilaksanakan melalui pembentukan kelompok-kelompok kecil yang mandiri, terlatih, dan berkarakter yang kuat; yang diarahkan untuk menumbuhkan intelektualitas masyarakat atau membangun pengetahuan bersama masyarakat dengan berteladankan Walisongo.

5. Pengkajian buku-buku karya para sarjana Muslim dan para ulama salaf Indonesia.

6. Kapasitas nahdliyin untuk menjawab tantangan zaman dewasa ini perlu ditingkatkan.

7. Penguatan tradisi ishlahu dzatul-bain, misalnya dengan memupuk kebiasaan tabayyun dalam menyelesaikan beberapa persoalan yang kadang-kadang menempatkan para Kiai sebagai pihak-pihak.

8. Penambahan beasiswa untuk santri ke Timur Tengah.

9. Peningkatan pendidikan tasawuf di dalam pesantren.

 


Terkait