Artinya, “Dialah al-habib, sang kekasih yang diharapkan syafaatnya/bagi setiap huru-hara yang menyergap tiba-tiba.”
Kata ‘al-habib’ pada larik di sini merujuk pada kata ‘Muhammadun' pada 'Muhammadun sayyidu kaunaini was tsaqalain’ atau ‘Nabiyyuna' pada 'Nabiyunal amirun nahi’ yang terdapat pada larik sebelumnya. Ke mana pun rujukan tekstualnya, kata ‘al-habib’ di sini merujuk pada sosok pribadi Nabi Muhammad SAW.
Syekh Ibrahim Al-Baijuri menyebutkan sejumlah varian arti kata ‘al-habib’, sang kekasih, sebagai berikut ini:
Artinya, “Dhamir atau kata ganti (hual habib) merujuk pada kata ‘Muhammadun’ atau kata ‘Nabiyunal amiru’. Kata ‘al-habib’ bisa jadi bermakna orang yang mencintai, berarti dibaca sebagai ism fa‘il, tetapi bisa jadi bermakna orang yang dicintai, berarti dibaca sebagai ism maf‘ul. Tetapi dibaca apapun, yang dimaksud dengan kata itu adalah orang yang mencintai Allah atau mencintai umatnya karena Rasulullah adalah orang yang paling mencintai Allah dan paling dicintai oleh-Nya. Rasulullah SAW juga orang yang sangat mencintai umatnya dan dicintai oleh umatnya karena syarat kesempurnaan iman umatnya adalah mencintai Rasulullah SAW melebihi harta, anak, bahkan diri mereka sendiri,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 22).
Salah satu varian arti kata ‘al-habib’ atau sang kekasih adalah orang yang seharusnya paling dicintai di muka bumi ini dibandingkan siapapun. Rasulullah SAW harus menjadi orang pertama yang dicintai oleh umat Islam.
Bahkan cinta kepada Rasulullah SAW menjadi syarat kesempurnaan iman seorang Muslim. Hal ini tercatat dalam riwayat hadits yang sangat terkenal berikut ini:
Artinya, “Sayyidina Umar RA pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Kau lebih kucintai daripada hartaku, anakku, dan seluruh manusia, kecuali diriku sendiri.’ ‘Keimananmu belum sempurna sehingga aku lebih kaucintai dibandingkan dirimu sendiri yang berada di antara sisi kanan-kirimu,’ jawab Rasulullah. Sayyidina Umar RA menjawab ‘Kau lebih kucintai melebihi diriku sendiri.’ ‘Kalau demikian, keimananmu telah sempurna,’ jawab Rasulullah SAW. Seketika derajat keimanan Sayyidina Umar RA meningkat sebab keberkahan Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 23).
Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND