Syariah

Ancaman dalam Islam bagi Pelaku Perselingkuhan 

Rabu, 3 Juli 2024 | 21:30 WIB

Ancaman dalam Islam bagi Pelaku Perselingkuhan 

Ancaman bagi orang selingkuh. (Foto: NU Online/Freepik)

Islam telah mensyariatkan pernikahan agar manusia dapat menyalurkan nafsunya dengan jalan yang benar dan baik. Sementara perselingkuhan adalah perilaku di luar batas yang dilarang syari’. 


Ancaman perselingkuhan dalam Islam sangat serius dan ditegaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Perselingkuhan adalah salah satu dosa besar dalam Islam karena melanggar komitmen pernikahan dan melanggar hak-hak orang lain. Selain itu Al-Qur'an menyebut perselingkuhan sebagai perbuatan keji dan jalan yang buruk.


Dalam menafsirkan Surat  Al-Isra: 32, Ibn Qudamah menjelaskan: 


الزنى حرام وهو من الكبائر العظام بدليل قول الله تعالى ولا تقربوا الزنى إنه كان فاحشة وساء سبيلا 


Artinya: “Zina adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk salah satu dosa besar, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Ibn Qudamah, Al Mugni, [Beirut: Darul Ihya al Turats al Arabiy, 1985], jilid IX, Hal. 38).


Setiap perintah dan larangan dari syari’ adalah bagian dari menjaga kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat. Ada banyak ayat Al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk menghindari perselingkuhan, sehingga manusia tidak terjerumus untuk melakukan zina. Allah Swt berfirman dalam Surat An-Nur: 30: 


قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ


Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.”  


Dalam menafsirkan ayat ini, Ibn Jauzi menjelaskan: 


قوله تعالى: قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم في " من " قولان  أحدهما: أنها صلة . والثاني: أنها أصل، لأنهم لم يؤمروا بالغض مطلقا، وإنما أمروا بالغض عما لا يحل وفي قوله: ويحفظوا فروجهم قولان . أحدهما: عما لا يحل لهم، قاله الجمهور . والثاني: عن أن ترى فهو أمر لهم بالاستتار، قاله أبو العالية وابن زيد 


Artinya: ”Ada dua pendapat berkaitan dengan ayat : قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم dalam lafaz  في " من " yang pertama dimaknai sebagai sebuah hubungan. Yang kedua: sebagai asal, karena mereka tidak diperintahkan untuk memalingkan pandangan sama sekali, tetapi mereka diperintahkan untuk memalingkan pandangan dari apa yang tidak diperbolehkan.” Dan dalam firman Allah Swt  ويحفظوا فروجهم pertama: Dari apa yang tidak dihalalkan bagi mereka sebagaimana disebut oleh jumhur ulama. Yang kedua: Dari yang terlihat, yaitu perintah bagi mereka untuk menutupinya, sebagaimana disebut oleh Abu al-‘Aliyah dan Ibnu Zaid. " (Ibn Jauzi, Zadul Musayar, Damaskus: Al Maktabah Al Islami, 1984. Jld. VI, Hal. 31).


Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ayat ini adalah perintah Allah untuk menjaga pandangan dan menutup aurat sebagai pencegahan agar tidak terjadi kemudharatan seperti selingkuh hingga zina. 


Dalam Hadits, Rasulullah saw juga melarang berdua-duan dengan perempuan atau laki-laki yang bukan mahram, sebagaimana sabdanya: 


وقال صلى الله عليه وسلم: لا يخلون رجل بامرأة، إلاّ ومعها ذو محرم


Artinya:  “Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan seorang perempuan, kecuali dengan mahramnya.” (Imam Nawawi, Syarah Nawawi ala Muslim, Damaskus: Darul Khair, 1996, Jld. IX, Hal. 470).


Selanjutnya Allah berfirman tentang siksaan pelaku zina dalam Al-Qur'an Surat Al-Furqan ayat 68: 
 

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًاۙ 


Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan  alasan yang benar, dan janganlah kamu berzina, dan barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa dua kali lipat pada hari kiamat, dan dia akan mendapat (pembalasan) dosa yang sama, dan dia akan mendapat (siksaan) yang menghinakan.”


Ibn Abi Hatim menjelaskan asbab an-nuzul ayat ini: 


عن عبد الله بن مسعود قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الكبائر قال: " أن تدعو لله ندا وهو خلقك وأن تقتل ولدك خشية أن يطعم معك وأن تزاني حليلة جارك ثم قرأ: والذين لا يدعون مع الله إلها آخر ولا يقتلون النفس التي حرم الله إلا بالحق ولا يزنون "


Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?" Beliau bersabda, "menjadikan Allah sebagai sekutu padahal Allah yang menciptakan kamu Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda, "Kemudian membunuh anakmu karena khawatir dia akan disusukan kepadamu?" Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda, "Kemudian berzina dengan istri tetanggamu, kemudian Rasulullah membaca ayat :

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ

(Ibn Abi Hatim, Tafsir Ibn Abi Hatim, Riyadh: Maktabah Nazzar Mustafa al Baz, 1997, Jld. VIII, Hal. 2729).


Selain itu azab bagi pelaku perselingkuhan adalah tidak diajak bicara oleh Allah saat hari kiamat, Rasulullah saw bersabda: 


وعن أبي هريرة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا يزكيهم ولا ينظر إليهم ولهم عذاب أليم : شيخ زان وملك كذاب وعائل مستكبر 


Artinya: “Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan diberi pujian oleh-Nya, dan tidak akan dipandang-Nya, dan bagi mereka siksa yang pedih: Orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan pemberi nafkah yang sombong.” [Abul Abbas Al- Qurtubi, Al Mafhum lima Asykala min Talkhis alkitabi Muslim, [Beirut:  Dar Ibn Katsir, 1996], jilid I, Hal 305).


Dari ayat dan hadits tentang ancaman perselingkuhan tersebut sudah seharusnya umat Islam mengambil pelajaran agar terhindar dari perbuatan yang diazab oleh Allah swt dan sebaliknya menjadi hamba Allah yang taat akan mendapatkan rahmat. Dimana setiap perintah dan larangan Allah untuk menyelamatkan dan membahagiakan manusia sebagai wujud kasih sayang Allah swt.


Ustadz Azmi Abubakar, Penyuluh Agama KUA Glumpang Tiga, Pidie, Aceh, Pengajar di Pondok Pesantren Dayah Jeumala Amal